Risalah itu menyulut panas internal PBNU. Di berbagai daerah, para kiai dan kader mulai mempertanyakan arah kepemimpinan Tanfidziyah. Sebagian meminta langkah cepat untuk mengembalikan marwah organisasi, sementara sebagian lain menilai perlu kehati-hatian agar NU tidak terjebak dalam perpecahan.
Gus Yahya merespons dengan nada tenang namun tegas. Ia menolak mundur dan menegaskan bahwa mandat yang diterimanya dari Muktamar bersifat penuh lima tahun. Ia menyebut tak pernah terbesit meninggalkan amanat itu di tengah jalan.
Meski begitu, tekanan internal masih tinggi. Mekanisme pleno yang akan menentukan figur pelaksana tugas Ketum menjadi agenda yang ditunggu berbagai pihak. Syuriyah menegaskan proses itu harus formal dan melibatkan seluruh unsur PBNU.
Undangan terhadap Berkowitz kini tercatat sebagai blunder yang mengubah dinamika organisasi. Satu keputusan, satu tamu, satu forum, kini menjadi pusat badai yang mengguncang rumah besar NU.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait
