“ Itu ada jalan yang dikerjakan kontraktor malah sudah rusak yang ke arah Mulakoli sana, tapi masyarakat yang kerja seperti di Desa Woloede ini malah masih bertahan,” ungkap Yoseph Mola tokoh masyrakat Desa Woloede.
Semakin mendekati kantor Desa Woloede kondisi jalan semakin parah. Di ujung Kampung Ulunua hingga Kampung Lokanio bagian badan jalan terbentuk seperti got atau parit sebagai jalur air ketika musim hujan tiba. Jalan semakin parah hingga menjadi bekas-bekas aliran sungai kecil ketika memasuki Kampung Wajo yang kondisinya lebih miring.
Tak ayal segala material masuk memenuhi badan jalan hingga kendaran bermotorpun susah atau berhati-hati ketika melewatinya sehingg sangat rawan kecelakaan. Badan jalan jauh dari kata layak, batu batu lepas memenuhi badan jalan sehingga menyulitkan kendaraan ketika melewati jalan tersebut. Akses jalan ini membuat warga serasa naik kuda walaupun menggunakan kendaraan bermotor atau angkutan umum. Sebagian warga harus turun sejenak untuk membantu menarik kendaraan angkutan umum ketika hendak pulang dari pasar di kota kecamatan.
Yoseph menuturkan sudah 7 bupati sejak desa ini masih menjadi wilayah Kabupaten Ngada akses jalan tidak diperhatikan sama sekali oleh pemerintah daerah. Padahal sepanjang jalan melewati jalan ini pohon pala cengkeh kelapa bertebaran sepanjang jalan. Aromanya masih kalah sama bau busuk janji para politisi buat warga di sini. Akses jalan yang tidak memadai membuat harga komoditi seperti pala cengkeh vanili kelapa pisang serta buah-buahan ditekan serendah mungkin oleh para pengepul dan tengkulak.
“ Setiap pemilihan bupati atau dprd mereka datang ke sini tetap kami minta untuk bangun jalan tapi sampai hari ini sudah 7 bupati sampai hari ini jalan rusak terus bahkan semakin parah. Mereka hanya janji tapi hilang terus hingg hari ini,” ungkap mantan kepala desa 1970-an itu.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait