Harga Komoditi Ditekan Pengepul
Jalan rusak berpengaruh pada harga komoditi perkebunan warga. Seperti pala harga pasaran di pulau jawa yang bisa mencapai 175 ribu tinggal hanya 80 ribu yang diterima warga karena akses jalan menjadi alasan buat para pengepul. Begitupun harga cengkeh yang hanya menjadi 50-an ribu per kilo gramnya walaupun punya kualitas bagus ketika musim panen tiba karena kendala akses jalan. Kondisi akses jalan yang terbengkalai membuat ekonomi warga tak kunjung membaik karena harga yang sangat ditekan.
Aroma kemiskinan dan kemelaratan membuat warga di bawah kaki Gunung Ebulobo banyak yang merantau ke luar pulau seperti Malaysia dan Kalimatan sebagai buruh di perkebunan sawit. Padahal produksi tanaman seperti cengkeh sekitar 4 desa di bawah kaki gunung eulobo bisa mencapai 40-50 puluhan ton sekali musim panen dan produksi pala bisa mencapai 200 san ton.
“ Mau bagaimana lagi, kalau tidak panen banyak anak muda pergi ke Malaysia dan Kalimantan jadi buruh sawit padahal di sini sangat kaya, tapi susah jalan ini. Jadi kami sakit hati sekali setiap datang itu mereka hanya janji-janji saja tapi kami tetap miskin susah terus. ” kata Yoseph.
Hal yang sama diungkapkan oleh Ali seorang petani yang memiliki satu hektar kebun pisang yang didalamnya terdapat pohon pala. Ia sangat menyayangkan karena harga komoditi seperti pala dan cengkeh sangat ditekan. Banyak warga terpaksa menjualanya kepada pengepul karena perbedaan harga yang tinggi harus membawanya ke kota kecamatan atau kabupaten, serta kebutuhan rumah tangga yang semakin mendesak serta urusan adat juga anak sekolah.
“ Saya mau jual pisang terpaksa pakai oto (mobil) kecil pick up yang masuk oto besar (truck) susah mau masuk langsung beli di sini jaln begini, sehingga pasti harga ditekan lagi. Kalau langsung di pembeli pertama pasti harga lebih tinggi,” ungkapnya.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait