Keselamatan Nyawa Jadi Taruhan
Kondisi jalan juga berimbas pada bidang pendidikan sehingaa banyak anak-anak tidak bisa melanjutkan pendidikan lebih tinggi atau ke perguruan tinggi karena masih mengalami kesulitan ekonomi.
“ Di sini juga banyak orang tua tidak bisa ongkos anaknya sampai pada jenjang yang lebih tinggi atau kuliah karena ekonomi belum juga baik padahal hasilnya banyak dari kebun, tapi itu tadi jalan yang buat para tengkulak dan pengepul tekan harga,” ungkap Niko Ndapa salah satu tokoh masyrakat di Kampung Lokawolo, Woloede.
Menurut Niko, bukan hanya ekonomi akibat buruknya jalan beberapa ibu hamil harus ditandu ketika memasuki musim hujan karena jalanan yang tidak bisa dilalui mobil puskesmas atau warga. Hanya mobil atau truck yang bisa melewati jalan desa menuju puskesmas di kota kecamatan sehingga membutuhkan biaya yang lebih mahal dari biasanya.
Bagi Niko, jalan desa ini sangat vital karena memberikan akses paling tercepat dari beberapa desa sekitar kaki gunung Ebulobo menuju kota kabupaten Mbay, serta sebagai akses penting peghubung antar desa. Sayangnya karena jalan ini tak kunjung diperbaiki dan dibenahi akhirnya warga memilih jalur yang lebih jauh ke arah barat yang ongkosnya jauh lebih tinggi.
Niko mengungkapkan ia khawatir kondisi jalan semakin buruk. Setahun lalu pernah diberikan bantuan pelebaran jalan dan pembuatan saluran namun tidak dilanjutkan sampai pengasapalan dan hotmix sehigga kondis jalan sakarang ini kian parah apalagi curah hujan di pertengahan tahun ini sangat tinggi. Kedaan ini tentu sangat meyulitkan bagai warga di sini bila terjadi bencana karena bisa tertutup longsoran. Apalagi desanya sangat dekat dengan gunung berapi aktif Ebulobo.
“ Kami mau lari kemana?. Bila terjadi bencana karena berada dibawah gunung berapi kami tidak bisa menyelamatkan diri atau evakuasi karena kondisi jalan buruk seperti ini sangat tidak layak. Kami minta Jokowi bisa bantu sebelum akhir masa jabatan karena kamiakan mati semua bila terjadi bencana gunung berapi karena tidak ada jalur evakuasi,” keluhnya.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait