Keterbukaan keluarga besar Kampung Adat Prailiu, kata Jonas menjadi alasan yang paling mendasar baginya untuk mengadakan acara itu. Acara serupa sebut dia juga akan dilakukan dengan komunitas lainnya di Kabupaten Sumba Tengah dan Sumba Barat.
“Kalau di Sumba Tengah kami akan bersama dengan Jekshon dan Wunang Blood di Kampung Praimarada Senin (15/1/2024) dan pada Rabu (17/1/2024) bersama Sanggar OSA di Kampung Adat Praiijing, Sumba Barat,” imbuh Jonas.
Umbu Remi Deta, Tokoh Adat Kampung Prailiu dan juga Wakil Ketua Badan Pengurus Aliran Kepercayaan Marapu Sumba Timur kepada iNews.id menjelaskan Senyawa Band yang konsen pada aliran musik etnis yng dipadukan dengan peralatan modern itu merasa terpanggil untuk bersama dengan warga Kampung Adat Prailiu untuk terus melestarikan musik etnik ditengah himpitan musik-musik dari luar negeri yang menjamur kini.
Umbu Remi Deta, Tokoh Adat Prailiu tegaskan keterbukaan Kampungnya tidak lantas abaikan adat dan tradisi. Rambu Ata Ratu dan seniman etnik Sumba Timur tampil memukau di Kampung Adat Prailiu - Foto kolase : iNewsSumba.id
“Kegiatan serupa ini pernah dilaksanakan di sini yang didanai oleh bidang kebudayaan dari Kementrian Pendidikan dan kebudayaan.Dengan hadirnya Senyawa disini bisa memadukan antara musik tradisional dan modern yang diperkaya dengan lighting dan multimedia. Jadi semangatnya adalah untuk membuat generasi muda tetap mencintai musik etnik atau tradisional,” tandas Umbu Remi Deta yang juga merupakan putera bungsu Almarhum Tamu Umbu Djaka itu.
Menanggapi keterbukaan warga Kampung Adat Prailiu yang menjadi alasan utama bagi penyelenggaraan kegiatan malam itu, Umbu Remi mengakuinya. Namun demikian dirinya menegaskan, keterbukaan itu tidak lantas membuat kekhasan adat dan tradisi harus menjadi korban ataupun diabaikan.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait