Kepala Desa Tebara Bongkar Utang Budaya Capai Rp14,7 Miliar, Generasi Muda Terancam Masa Depannya

Dion. Umbu Ana Lodu
Kepala Desa Tebara, Marthen Ragowino Bira berlatar belakang sejumlah rumah tradisional Sumba di Kampung Adat Praiijing-Foto: Dion. Umbu Ana Lodu

Fenomena hutang budaya itu tak lepas dari besarnya biaya yang dibutuhkan dalam ritual adat. Marthen membeberkan, untuk satu upacara kematian, keluarga bisa menghabiskan Rp300 juta hingga Rp700 juta. Sedangkan pesta budaya membutuhkan Rp200 juta hingga Rp500 juta.

Tak berhenti di situ, untuk perkawinan adat, angka pengeluaran bisa menembus Rp750 juta. “Angka ini sangat tinggi. Akhirnya masyarakat terjebak pada lingkaran hutang yang terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya,” katanya.

Ia pun mempertanyakan kembali esensi dari adat itu sendiri. “Berapa sebenarnya aturan adat tentang jumlah hewan yang dikorbankan? Mengapa kini menjadi ajang gengsi yang membebani rakyat kecil?” ungkap Marthen dengan nada lirih.

Menurutnya, adat tidak pernah bermaksud merusak, melainkan mengatur kehidupan. Namun dalam praktik yang terdistorsi, adat justru menjerumuskan warga pada lilitan hutang.

“Kalau kondisi ini dibiarkan, bukan hanya desa kita yang terancam, tetapi juga masa depan Pulau Sumba,” tegasnya memungkasi.

.

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network