TAMBOLAKA, iNewsSumba.id – Aula Universitas Stella Maris (Unmaris) Sumba Barat Daya, NTT pada Rabu (10/5/2025) dipenuhi suara perdebatan, doa, dan keprihatinan. Sebuah diskusi publik bertajuk “Urgensi Keadilan Ekologis di Loda Wee Maringi Padda Wee Malala” berlangsung sejak pagi hingga sore. Tema besar yang diangkat: perlindungan petani dan nelayan di tengah krisis ekologi yang kian nyata.
Acara ini dihadiri tokoh penting: Wakil Bupati Sumba Barat Daya, Dominikus A. Rangga Kaka, Direktur Eksekutif WALHI NTT, Umbu Wulang TA Paranggi, akademisi, mahasiswa, serta perwakilan petani dan nelayan. Rektor Unmaris, Alexander Adis menegaskan pentingnya keterlibatan kampus dalam menjawab masalah ekologis. Menurutnya, tanpa hutan dan laut yang lestari, generasi mendatang hanya akan mewarisi krisis.
Umbu Wulang mengingatkan bahwa Sumba tak boleh jatuh pada praktik tambang serampangan. Ia menyinggung hilangnya cendana dan kuda Sandelwood sebagai tanda gagalnya manusia menjaga warisan leluhur.
“Sumba hanya bisa diselamatkan dengan solidaritas dan kesadaran bersama,” ujarnya lantang.
Wakil Bupati Sumba Barat Daya membuka acara dengan menekankan peran pemerintah yang tak bisa berjalan sendiri. Ia menilai forum ini strategis sebagai momentum memperkuat komitmen menjaga ruang hidup petani dan nelayan.
Dalam diskusi, berbagai persoalan muncul: soal pupuk, penggunaan pestisida, banjir, kekeringan, hingga budaya belis. Keba Moto Tanabi dari Unmaris memperkenalkan inovasi pupuk bio sebagai solusi ramah lingkungan. Sementara aktivis Yonathan Agu Ate menegaskan krisis ekologi bukan semata kesalahan petani, melainkan kegagalan sistem yang lebih luas.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait
