SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Sebanyak 11 jenis bencana berpotensi terjadi di Kabupaten Sumba Timur, NTT. Hal itu sesuai dengan Kajian Resiko Bencana (KRB). Dari aneka bencana itu, kekeringan merupakan salah satu potensi bencana yang masuk kategori kelas tinggi.
Kekeringan masuk kategori kelas tinggi, jika dilihat dari kerugian yang sudah dan dapat ditimbulkan. Demikian disebutkan oleh Anto Kila, Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Sumba Timur pada iNews.id, Kamis (4/7/2024) siang lalu.
“Kekeringan bersama kebakaran hutan dan lahan sudah menjadi bencana abadi di NTT, khususnya Sumba Timur. Terkait hal itu, pada 10 Juni 2024 lalu PJ. Gubernur NTT telah mengeluarkan SK siaga darurat bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, ini bencana abadi karena selalu terjadi setiap tahunnya,” papar Anto Kila.
Anto yang ditemui saat gelaran Lokakarya Pengembangan Contingency Plan, Early Warning System (EWS) dan Rencana Evakuasi Kabupaten di Aula Patuala Ratu lebih jauh mengatakan, FPRB dan BPBD Sumba Timur dengan dukungan World Neighbors dan USAID, telah merancang rencana kontijensi (Renkon) kekeringan.
“Hari ini, draft Renkon tersebut dilokakaryakan untuk mendapatkan input terakhir, sebelum di sahkan oleh Bupati Sumba Timur,” timpal Anto.
Lebih jauh Anto atas nama FPRB Sumba Timur berharap, Pemkab melanjutkan proses pembuatan renkon untuk ancaman utama lainnya, seperti gempa bumi, banjir bandang, dan multi ancaman yang juga terkategori tinggi.
“Prinsipnya, kami FPRB siap mendukung penyusunan renkon lainnya. Perlu diingat, situasi aman tanpa bencana seperti saat ini, adalah kesempatan bagi kita untuk melakukan upaya adaptasi dan mitigasi, perkuat kapasitas Daerah, salah satunya melalui pembuatan renkon sehingga ketika terjadi bencana, kerugian yang timbul dapat diminimalisir dengan respon yang cepat dan tepat,” pungkasnya menguraikan.
Peserta Lokakarya Pengembangan Contingency Plan, Early Warning System (EWS) di aula Patuala Ratu, Setda Sumba Timur - Foto : Prokopim Sumba Timur
Sebelumnya Sekda Sumba Timur, Umbu Ngadu Ndamu dalam sambutannya sebelum membuka secara resmi Lokakarya Pengembangan Contingency Plan, Early Warning System (EWS) dan Rencana Evakuasi itu menegaskan, pentingnya kolaborasi dalam hadapi potensi juga saat terjadinya bencana.
“Tidak bisa jika hanya mengharapkan pemerintah atau satu elemen semata dalam menyikapi potensi dan juga setelah terjadinya bencana. Perlu koloborasi, sinergitas ragam komponen atau elemen di masyarakat,” tandas Umbu Ndamu.
Sekda Umbu Ndamu juga memberikan apresiasi pada pelaksanaan lokakarya yang tentunya bisa bermuara pada terbangunnya komitmen para pelaku penanggulangan bencana di Kabupaten Sumba Timur. Renkon dan EWS, kata dia tentu dapat mengurangi risiko atau dampak terutama terhadap keselamatan jiwa masyarakat.
Lokakarya itu dihadiri oleh unsur TNI dari Dandim 1601 dan Polres Sumba Timur serta Kepala Bappeda dan sejumlah pimpinan OPD. Hadir pula Program Officer World Neighbors wilayah Sumba Timur dan Ende.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait