Sumba Timur Kerahkan Satgas ATM: Koordinasi Lintas Sektor Penting Sikapi Ancaman AIDS–Malaria–TBC
Sementara itu, situasi Tuberkulosis menunjukkan pola berbeda. Target penemuan kasus TBC tahun 2025 adalah 688 kasus, tetapi yang ditemukan hingga 11 November baru 439 kasus atau 63,8 persen, jauh di bawah target nasional. Meski pengobatan TBC mencapai 94,3 persen dari kasus yang ditemukan, cakupan Terapi Pencegahan TBC (TPT) masih rendah, hanya 39,65 persen dari target 72 persen. “Kita kuat di pengobatan, tetapi lemah di penemuan. Ini tidak boleh kita biarkan. Kalau surveilans tidak bergerak, kita berjalan tanpa peta,” kata Umbu.
Wakil Bupati menambahkan bahwa pekerjaan rumah terbesar TBC terletak pada lemahnya investigasi kontak dan pelaporan klinik swasta yang belum standar. “Kita tidak boleh menormalisasi ketertinggalan. TBC ini bisa disembuhkan, tapi hanya kalau kita temukan cepat. Kalau kita lambat, ini bisa menjadi krisis senyap,” tegasnya.
Di sisi lain, penanganan HIV-AIDS menghadapi tantangan sosial yang tidak kalah berat. Total 314 kasus HIV tercatat di Sumba Timur, dengan 183 orang (58,37 persen) aktif menjalani terapi ARV. Dari jumlah itu, 79 persen telah tersupresi viral load. Namun capaian skrining masih rendah—baru 83,9 persen, sehingga banyak masyarakat berisiko belum terjangkau. Umbu menegaskan bahwa hambatan terbesar bukan layanan, tetapi stigma. “Orang takut dites karena takut dicap. Ada yang memilih tidak tahu statusnya daripada malu. Ini sangat berbahaya,” ujarnya.
Wakil Bupati pun menyoroti stigma sebagai tembok tebal dalam penanganan HIV. “Kalau masyarakat tidak menerima, pasien akan bersembunyi. Dan ketika mereka bersembunyi, virus bekerja tanpa henti. Ini tembok yang harus kita robohkan bersama,” katanya dengan nada tegas. Ia meminta tokoh agama, guru, pemuda, dan komunitas desa ikut memutus rantai stigma agar skrining dan akses pengobatan semakin terbuka.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu