get app
inews
Aa Text
Read Next : Petani Lewa Raya Ultimatum: Krisis Solar Harus Tuntas 3x24 Jam atau Jalan Nasional Diblokade

Kasus HIV/AIDS di Sumba Timur: 314 Orang Tercatat dan 131 Tidak Jalani Pengobatan Rutin

Sabtu, 06 Desember 2025 | 09:52 WIB
header img
Kasus HIV/AIDS masih terus meningkat di Sumba Timur-Foto: ilustrasi Istimewa.

WAINGAPU, iNewsSumba.id-Dengan total 314 kasus HIV dan hanya 183 pasien yang aktif mengikuti terapi, Sumba Timur kini menghadapi tantangan serius dalam penanganan ODHA. Tingginya stigma dan ketakutan masyarakat dinilai menjadi faktor utama rendahnya skrining serta putus obat di wilayah tersebut.

Pemerintah Kabupaten Sumba Timur menyoroti meningkatnya urgensi penanganan HIV/AIDS setelah mencatat total 314 kasus HIV hingga 2025. Dari jumlah tersebut, hanya 183 orang atau sekitar 58 persen yang aktif menjalani pengobatan antiretroviral (ARV). Meski sebagian besar pasien aktif telah mencapai supresi virus, hambatan terbesar justru datang dari stigma dan diskriminasi yang masih kuat di masyarakat.

Peringatan keras itu disampaikan Wakil Bupati Sumba Timur, Yonathan Hani, saat membuka Rapat Koordinasi Perdana Satgas ATM (AIDS, TBC, Malaria) di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi, Selasa (2/12/2025) lalu. Dalam forum tersebut, ia menegaskan bahwa HIV bukan lagi sekadar isu medis, tetapi persoalan sosial yang kompleks.

“Virus HIV bisa dikendalikan dengan obat, tetapi stigma membunuh lebih cepat dari penyakit itu sendiri. Orang takut periksa, takut terbuka, dan akhirnya datang terlambat. Ini yang harus kita hentikan bersama,” ujar Wabup.

Sekretaris Daerah Sumba Timur, Umbu Ng. Ndamu, dalam paparannya mengungkapkan bahwa sebagian besar ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) mengalami hambatan psikologis dan sosial yang membuat mereka enggan mengakses layanan kesehatan. “Ada pasien yang berkata lebih baik tidak tahu statusnya daripada malu. Ini bukan hanya soal kesehatan, ini soal penerimaan sosial yang belum tuntas,” ujarnya.

Data menunjukkan bahwa dari 183 ODHA yang aktif berobat, 79 persen di antaranya sudah mencapai supresi viral load, artinya virus tidak lagi terdeteksi dan risiko penularan menurun drastis. Namun capaian positif ini belum dapat menjadi indikator keberhasilan menyeluruh karena masih banyak masyarakat berisiko yang enggan menjalani tes. Capaian skrining tahun 2025 baru mencapai 83,9 persen, masih jauh dari harapan untuk menekan penularan ibu-ke-anak maupun pasangan serumah.

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut