Sumba Timur Kerahkan Satgas ATM: Koordinasi Lintas Sektor Penting Sikapi Ancaman AIDS–Malaria–TBC
WAINGAPU, iNewsSumba.id — Pemerintah Kabupaten Sumba Timur resmi memperkuat langkah percepatan eliminasi tiga penyakit menular terbesar yakni AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria melalui pembentukan dan pengaktifan Satuan Tugas ATM. Rapat koordinasi perdana Satgas ATM dibuka langsung oleh Wakil Bupati Sumba Timur, Yonathan Hani, di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi, Selasa (2/12/2025), dan dihadiri Sekretaris Daerah, lintas perangkat daerah, Perdhaki, serta berbagai unsur mitra kesehatan.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati menegaskan bahwa Satgas ATM bukan sekadar forum, melainkan rumah koordinasi bersama yang menentukan keberhasilan eliminasi penyakit di Sumba Timur.
“Pembentukan Satgas ATM ini menandai komitmen kita bersama dalam memperkuat langkah penanggulangan AIDS, TBC, dan malaria. Melalui koordinasi yang baik, kita berharap program eliminasi dapat berjalan efektif dan memberikan dampak nyata bagi kesehatan masyarakat Sumba Timur,” ujarnya.
Sejalan dengan itu, Sekda Sumba Timur Umbu Ng. Ndamu memaparkan perkembangan dan tantangan dari tiga program prioritas tersebut. Untuk malaria, Sumba Timur mencatat perjalanan dramatis dalam lima tahun terakhir. Setelah mengalami lonjakan 205 persen pada 2022 dengan 5.530 kasus, intervensi agresif berhasil menekan kasus hingga turun 61 persen pada 2023, 47 persen pada 2024, dan 69 persen hingga Oktober 2025. Angka ABER meningkat hingga 73 persen, sementara positivity rate turun dari 4–5 persen menjadi hanya 0,18 persen, yang menandakan transmisi mulai terkendali.
Namun Umbu Ndamu mengingatkan bahwa tantangan belum selesai. Sebanyak 66 desa masih berstatus endemis, termasuk 13 desa yang masuk kategori endemis tinggi. “Musuh kita sekarang tidak lagi besar, tetapi tersebar. Sisa penularan inilah yang harus kita habisi dengan kerja terkoordinasi,” tegasnya. Pendekatan intervensi vektor, IRS, pemeriksaan rumah oleh kader malaria, dan skrining ibu hamil serta balita menjadi strategi yang akan terus diperkuat.
Sementara itu, situasi Tuberkulosis menunjukkan pola berbeda. Target penemuan kasus TBC tahun 2025 adalah 688 kasus, tetapi yang ditemukan hingga 11 November baru 439 kasus atau 63,8 persen, jauh di bawah target nasional. Meski pengobatan TBC mencapai 94,3 persen dari kasus yang ditemukan, cakupan Terapi Pencegahan TBC (TPT) masih rendah, hanya 39,65 persen dari target 72 persen. “Kita kuat di pengobatan, tetapi lemah di penemuan. Ini tidak boleh kita biarkan. Kalau surveilans tidak bergerak, kita berjalan tanpa peta,” kata Umbu.
Wakil Bupati menambahkan bahwa pekerjaan rumah terbesar TBC terletak pada lemahnya investigasi kontak dan pelaporan klinik swasta yang belum standar. “Kita tidak boleh menormalisasi ketertinggalan. TBC ini bisa disembuhkan, tapi hanya kalau kita temukan cepat. Kalau kita lambat, ini bisa menjadi krisis senyap,” tegasnya.
Di sisi lain, penanganan HIV-AIDS menghadapi tantangan sosial yang tidak kalah berat. Total 314 kasus HIV tercatat di Sumba Timur, dengan 183 orang (58,37 persen) aktif menjalani terapi ARV. Dari jumlah itu, 79 persen telah tersupresi viral load. Namun capaian skrining masih rendah—baru 83,9 persen, sehingga banyak masyarakat berisiko belum terjangkau. Umbu menegaskan bahwa hambatan terbesar bukan layanan, tetapi stigma. “Orang takut dites karena takut dicap. Ada yang memilih tidak tahu statusnya daripada malu. Ini sangat berbahaya,” ujarnya.
Wakil Bupati pun menyoroti stigma sebagai tembok tebal dalam penanganan HIV. “Kalau masyarakat tidak menerima, pasien akan bersembunyi. Dan ketika mereka bersembunyi, virus bekerja tanpa henti. Ini tembok yang harus kita robohkan bersama,” katanya dengan nada tegas. Ia meminta tokoh agama, guru, pemuda, dan komunitas desa ikut memutus rantai stigma agar skrining dan akses pengobatan semakin terbuka.
Rapat koordinasi perdana Satgas ATM ini juga menegaskan bahwa seluruh intervensi harus berjalan terpadu, mulai dari peraturan desa tentang eliminasi malaria hingga integrasi layanan HIV dan TBC di fasilitas kesehatan. Perdhaki yang selama ini aktif dalam eliminasi malaria juga dilibatkan untuk meningkatkan efektivitas jangkauan program.
Di penghujung rapat, Wakil Bupati kembali menekankan pentingnya sinergi. “Eliminasi tiga penyakit ini bukan hanya target nasional. Ini tanggung jawab moral kita bagi generasi Sumba Timur. Kita harus bekerja bersama, bukan berjalan sendiri-sendiri,” ujarnya.
Dengan melibatkan semua elemen dan memperkuat koordinasi lintas sektor, Pemerintah Kabupaten Sumba Timur optimistis bahwa eliminasi AIDS, TBC, dan malaria dapat dicapai lebih cepat dari target nasional. Satgas ATM kini menjadi motor penggerak untuk memastikan setiap strategi tidak hanya direncanakan, tetapi benar-benar dilaksanakan sampai ke tingkat desa.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu