“Selama ini jika kami ke pusat Desa dan Kota kami harus berputar arah dan menyeberang kali sebanyak 2 kali. Demikian juga anak-anak kami jika ke sekolah agak kesulitan menyeberang kali, apalagi jika musim hujan karena potensi terjadinya banjir besar,” ungkap Rambu Lepir.
Baik Umbu Rawa dan Rambu Lepir menyatakan rasa sykur senada seiring dengan pembangunan Jembatan Pelangi. Jembatan itu dulunya ada, namun karena kontruksinya sederhana, tak kuasa melawan terjangan banjir besar. Jembatan yang diwarnai beragam itu kemudian dinamai Jembatan Pelangi.
Kini Jembatan Pelangi itu dalam proses pembangunan, dan diharapkan warga juga akan miliki warna beragam. Jadi selain akan punya nilai histori juga tentunya mempermudah arus transportasi orang, barang dan jasa, memangkas waktu tempuh menuju dan dari kota Waingapu. Jika hal itu terjadi tentunya mempercepat peningkatan ekonomi rumah tangga masyarakat Kampung Kombu dan sekitarnya.
*Penulis merupakan relawan Taman Baca Tirta Hamu Lipanggolu, Desa Kambatatana yang juga peserta pelatihan Jurnalistik dengan narsum jurnalis iNews.id
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu