YH Calon Wakil Bupati dalam kesempatan itu mengungkapkan, secara budaya yang ada di Sumba, sejak masa silam cenderung untuk berdiskusi di atas tikar. Karena di tikar, sebutnya, semua yang ikut akan duduk bersama.
“Saatnya kini kampanye politik itu tidak melulu Kandidat dan tim di atas panggung atau podium dan audiensnya berada di bawah. Saya banyak belajar kepemimpinan dan pelayanan dari kehidupan adat dan budaya Sumba juga tentunya dalam Partai Politik,” ungkap YH.
“Jangan apatis dengan politik atau partai politik. Mari kita bersama rubah wajah partai politik yang identik dengan kekuasaan dengan tampilan yang lebih banyak memberikan ruang untuk menerima masukan dan kritikan. Bagi saya diberikan kritik itu wajib, karena dengan itu kita diberi warning bahwa kita mungkin saja sudah keluar dari jalur atau komitmen yang sama-sama kita bangun,” papar YH disambut aplaus ratusan kawula muda dan anggota sejumlah komunitas yang hadir kala itu.
Ditanya tentang visinya melihat kaum muda, YH yang pernah menjadi anggota DPRD Sumba Timur dan bahkan menduduki jabatan Wakil Ketua itu menegaskan bahwasanya anak muda harus dipandang sebagai asset dan masa depan serta penentu arah negara dan daerah ke depannya. Juga dirinya menanggapi politik balas dendam yang acapkali terjadi usai pelaksanaan Pilkada atau bahkan momen serupa di tingkat nasional.
“Berikan kesempatan dan ruang diskusi. Jangan matikan ruang diskusi seperti ini, buka diri akan kritik. Sumba Timur adalah sebuah keluarga besar, terlalu mahal kabupaten ini terpecah belah hanya karena politik. Pertarungan politik adalah tentang adu gagasan dalam visi dan misi. Konsep ini yang harus kita jalankan dan gaungkan terus,” tegas YH.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu