SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id - Beras Bantuan Sosial (Bansos) yang bersumber dari Dana Insentif Daerah (DID) yang disalurkan oleh Pemkab Sumba Timur melalui Dinas Sosial di Kecamatan Kambera pada Kamis (28/12/2023) lalu, kualitasnya dikeluhkan oleh warga Kelurahan Mau Hau, Kecamatan Kambera. Hal itu karena beras dimaksud disebut tidak layak konsumsi, berwarna kekuningan dan bahkan ada yang kehitaman.
Oktavianus Wila, warga Kelurahan Mau Hau, Kamis (4/1/2023) siang lalu kepada iNews.id di kediamannya mengeluhkan hal itu sembari menunjukkan 2 zak beras dengan kemasan masing - masing 20 kilogram yang diterimanya.
"Ini beras kasih ternak juga mungkin tidak mau makan. Saya awalnya tidak menduga beras yang dikasih seperti ini. Tapi saat isteri saya buka dan mau masak karena stok beras sudah habis, lihat beras kondisinya seperti ini yaa tidak jadi sudah dimasak," ungkap Oktavianus yang juga Ketua RT 01, RW 01 Kelurahan Mau Hau itu.
Selain dirinya, Oktavianus juga mengungkapkan ada 16 KK terkategori Keluarga Penerima Manfaat (KPM) juga juga menerima beras Bansos DID itu.
Dikatakannya, ada warga yang sudah terlanjur memasak karena memang kebutuhan mendesak, namun setelah menjadi nasi, tetap mengeluarkan aroma apek, dan bahkan terasa pahit jika dimakan.
"Warga yang sudah sempat konsumsi itu kemudian menyampaikan keluhan itu pada ketua RW yang kebetulan lewat yang mana langsung dilihat dan benar adanya beras bakuning dan agak kehitaman juga patah - patah. Ternyata beras yang kondisinya sama juga diterima Pak RW karena juga KPM," jelasnya.
Tidak cukup sebatas itu, Oktovianus juga menunjukan beras bantuan yang diterimanya di Kelurahan yang menurutnya jauh lebih bagus dan layak dikonsumsi. Beras itu juga dalam kemazan zak namun berlabel Bulog.
"Ini beras yang kami dapat di kelurahan atas nama isteri saya. Ini bagus dan layak dikonsumsi juga ada label. Tidak macam ini beras yang datang dengan kontainer tapi kemasannya tidak ada label," tukasnya.
"Pak lihat sendiri dan bandingkan sudah, buat apa saya mengada - ada. Saya mau gadai kepala kalau benar saya gadai tidak masalah. Pak Lurah dan juga Pak Angggota DPRD Melkianus Nara juga sudah lihat langsung ini beras, " timpal Oktavianus kesal.
Budi Come, Lurah Mau Hau yang dihubungi terpisah via gawainya membenarkan telah menerima keluhan itu dan juga melihat langsung kondisi beras dimaksud.
"Saya sudah dengar keluhan itu dan juga sudah cek kondisi beras itu. Selanjutnya kami himbau masyarakat untuk kumpul beras yang dirasa tidak layak itu. Selanjutnya dibuatkan surat penolakan dan pengembalian beras itu agar bisa diganti dengan yang layak," jelas Budi.
Penjelasan senada juga diungkapkan oleh Melkianus Nara sehubungan dengan namanya disebut Oktovianus turut melihat kondisi beras dimaksud.Menurut anggota DPRD Sumba Timur yang juga ketua Fraksi PDI Perjuangan itu, kondisi beras memang tidak layak untuk dikonsumsi.
"Yaa benar saya sudah lihat langsung dan apa yang dikeluhkan tidak mengada- ada dimana beras itu tidak layak untuk dikonsumsi," tandas Melkianus yang dihubungi terpisah via gawainya.
Oktavianus Wila, Ketua RT 01 , RW 01 Kelurahan Mau Hau, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur menunjukan kondisi beras Bansos DID yang diterimanya untuk keluarga dan ibunya yang dinilainya tidak layak untuk dikonsumsi - Foto : iNewsSumba.id
Sebelumnya warga Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera juga mengeluhkan kondisi serupa pada wartawan. Adalah Tanta Yosi, Pedagang Pasar Prailiu, juga mendapatkan beras Bansos DID sebanyak 20 kilogram yang dibagikan di Kantor Kelurahan Prailiu. Beras itu sebutnya juga dikemas dalam karung plastik putih polos yang diturunkan langsung dari kontainer.
Terhadap beras itu, Yosi membuat nasi kuning agar bisa dipakai berjualan. namun walau sudah ditambah aneka bumbu, tetap saja berbau tidak enak. Hal mana kemudian membuatnya secara terpaksa mengkonsumsinya bersama keluarga.
"Waktu kami buka karung, kami lihat beras warna coklat, baunya menyengat. Sudah ditapis dan dicuci ulang-ulang juga tapi hanya ebruba sedikit putih. Masak jadi nasi kuning taruh aneka bumbu sama saja, baunya dan rasanya tetap tidak hilang dan tidak enak," tandasnya.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu