SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Sejumlah wisatawan dan warga sekitar Pantai Laipori, Desa Palakahembi, Kecamatan Pandawai, Jumat (3/11/2023) sekira pukul 15.00 WITA lalu dikejutkan dengan penemunan sesosok jenazah yang terapung. Informasi itu kemudian menyebar dan akhirnya diketahui bahwa jenzah itu adalah Lukas Luha Rebo alias Bapa Broken berusia 68 tahun, seorang nelayan beralamat Dusun Dusun Laipori.
Informasi perihal penemuan jenazah itu telah pula disampaikan oleh sejumlah akun media sosial beberapa saat paska ditemukan. Hal mana yang juga memantik rasa prihatin an keingintahuan banyak warganet.
Kapolres Sumba Timur AKBP Fajar WLS melalui Kasat Reskrim Iptu Helmi Wildan membenarkan informasi itu. Dijelaskan Helmi, korban telah dievakuasi ke rumah duka keluarga oleh warga dan aparat Polsek Pandawai dibawah pimpinan Kapolsek Pandawai Ipda Frensen E. Bingkiuk.
“Aparat telah mengambil keterangan dari sejumlah 3 saksi asal Kelurahan Lambanapu, Kecamatan Kambera yang lagi berwisata. Merekalah yang pertama kali melihat jazad korban terapung sekitar 50 meter dari bibir pantai Laipori. Saat itu mereka hendak berkemas pulang sebenarnya,” jelas Iptu Helmi.
Korban kemudian dievakuasi ke pinggir pantai oleh warga dan petugas yang tiba beberapa waktu setelah mendapat informasi. Namun oleh keluarganya kemudian diminta untuk membawa jenazah ke kediaman keluarga untuk dibersihkan dan disemayamkan.
“Setelah jenazah dievakuasi ke rumahnya, petugas medis sempat melakukan pemeriksaan luar tehadap Korban. Dan hasilnya yakni kondisi mata korban alami pendarahan yang diduga terbentur karang. Juga jenazah telah kaku serta mulut mengeluarkan busa dan perut kembung karena kemasukan air laut, juga luka lecet di siku kanan,” urai Helmi.
Lebih jauh dijelaskan Helmi, saat ditemukan korban mengenakan kaos loreng berlogo Polisi Militer dan mengenakan celana pendek parasut hitam. Juga ada tas jaring tergantung di lehernya berisi seekor ikan nimbe hasil tangkapan.
Aparat juga memperoleh keterangan dari keluarga korban, kata Helmi lebih lanjut menyebutkan pagi harinya korban masih sempat konsumsi minuman keras. Selanjutnya sekira pukul 11 siang pergi melaut untuk memasang pukat sebagaimana biasanya aktifitas korban sebagai nelayan.
“Keluarga korban juga menolak untuk dilakukan autops karena menerima kematian korban sebagai musibah yang telah digariskan oleh Sang Maha Kuasa,” pungkas Helmi.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu