Panggara Taungu, Hunusan Parang, dan Kayakka: Sumba Beri Teladan Dunia tentang Harmoni

Dion. Umbu Ana Lodu
Ritual Panggara Taungu di depan gerbang gedung PL untuk menyambut para tamu PNLH XIV WALHI yang diikuti lebih dari 500 organisasi dan 700-an peserta dari seluruh nusantara dan duta luar negeri -Foto Kolase: Dion. Umbu Ana Lodu

WAINGAPU, iNewsSumba.id – Tidak banyak yang tahu, pembukaan Pekan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) XIV di Waingapu dimulai bukan dengan pidato, tetapi dengan ritual adat bernama Panggara Taungu.

Di gerbang utama Gedung MPL Payeti, dua wunang atau juru bicara adat saling berbalas kata dan kalimat syarat makna. Tuan rumah menanyakan siapa yang datang, sementara tamu menjawab plus menyatakan maksud kedatangan. Dialog itu bukan sekadar formalitas, melainkan simbol keterbukaan dan penghormatan.

Setelah maksud jelas, kedua belah pihak melantangkan pekikan adat: kayakka dan kakalaku. Parang pun dihunus, bukan untuk bertikai, tetapi sebagai tanda persahabatan. Tarian Harama dan Kandingang lalu menyambut para tamu dari berbagai penjuru Nusantara.

“Tradisi ini bukan sekadar penyambutan, tetapi mengajarkan bahwa harmoni bisa dicapai dengan dialog, penghormatan, dan kebersamaan,” ungkap Umbu Wulang Tanaamah Paranggi, Direktur Eksekutif WALHI NTT.

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network