Dari budidaya lombok inilah dirinya kemudian berhasil panen baik dan menjual hasilnya kemudian uangnya dibelikan kuda yang bahkan telah dua kali beranak.
“Ini bukti dan bukan karang-karang, rill atau nyata dan akhirnya membuka mata dan hati warga lainnya untuk bergabung dan berusaha bersama. Saya yang hanya tamat SMA ini teringat akan kata orang tua bahwa sukses itu tak harus jadi sarjana tapi bagaimana niat dan kerja kita berusaha maksimal,” paparnya.
“Karena ada bukti nyata itu warga akhirnya bergabung jadi anggota kelompok. Anak-anak dan juga pemuda kini paham bagaimana menyikapi sampah,” ujar Kabula menimpali.
Dengan semangat pantang menyerah dan cinta pada kampung halamannya, Rambu Aryan menanam harapan baru di tanah Sumba. Asa yang tumbuh subur bersama sayur sawi dan bayam, kangkung berusia sebulan. Sayuran yang dikelilingi pohon pisang yang nampak hijau bak kawasan oase di gurun sabana. Langkah-langkah kecil yang ia tempuh, ternyata miliki visi besar, menjadikan desanya sebagai titik awal perubahan perilaku, yang tidak hanya mensejahterakan juga memberikan rasa aman dan nyaman menyikapi perubahan iklim yang kini terus digaungkan ragam elemen untuk disikapi dengan arif dan diwujudkan dengan tindakan nyata alias tak hanya omon-omon.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait