Dari Layar Viral ke Balik Jeruji: Babak Kelam Perjalanan Ray Sang Konten Kreator Sumba Barat Daya

TAMBOLAKA, iNewsSumba.id – Popularitas di dunia maya bisa sekejap membawa seseorang ke puncak perhatian, tapi juga secepat itu menjatuhkan. Itu yang kini dialami Umbu Rei Pata, kreator konten asal Sumba Barat Daya yang akrab disapa Ray, atau dikenal lewat sapaan khasnya, “Onga.”

Pria yang terus mencuri perhatian publik lewat gaya jenakanya di media sosial itu kini bukan lagi bahan tawa dan kegemberiaan netizen. Ia justru menjadi sorotan karena dugaan kasus kekerasan seksual yang menjeratnya. Polres Sumba Barat Daya (SBD) resmi menahan Ray sejak 8 Oktober 2025 lalu, setelah menetapkannya sebagai tersangka.

Baca Juga

Skandal Video Viral Kepsek di Belu Bikin Gempar dan Penasaran, Durasi Lebih dari 6 Menit

“Terkait status Ray, sudah dijadikan tersangka dan dilakukan penahanan sejak tanggal 8 Oktober 2025,” ungkap AKP Bernardus Mbili Kandi, Kasi Humas Polres SBD, Sabtu (11/10/2025).

Bernardus menegaskan, penyidik masih mendalami keterangan Ray dan memeriksa sejumlah saksi tambahan. Proses penyidikan belum rampung karena beberapa bukti pendukung masih dikumpulkan. “Ancaman pidananya tujuh tahun penjara. Untuk saat ini pasal yang dikenakan masih itu dulu,” tambahnya.

Kasus ini bermula dari laporan seorang pemuda berinisial AJG, yang mengaku menjadi korban kekerasan seksual pada Jumat malam, 26 September 2025 lalu. Laporan resmi dibuat sehari kemudian di Mapolres SBD.

Baca Juga

Antrian Kendaraan Isi BBM di SPBU Meluber, Warga Sumba Timur Mengeluh Hingga ke Dunia Maya

Dalam pengakuannya, AJG menceritakan peristiwa bermula saat Ray datang ke rumahnya. Mereka sempat minum moke, minuman keras tradisional khas NTT. “Saya tidak lagi pakai celana dalam dan ada lebam di leher serta dada saya,” tutur AJG kepada sejumlah wartawan dengan suara bergetar.

Ia mengaku terbangun dalam kondisi tubuh tak berdaya, dengan rasa sakit di beberapa bagian tubuh. Dalam keadaan setengah sadar, korban sempat melihat Ray memakaikan celana pendek kepadanya.

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu