Panggara Taungu, Hunusan Parang, dan Kayakka: Sumba Beri Teladan Dunia tentang Harmoni

WAINGAPU, iNewsSumba.id – Tidak banyak yang tahu, pembukaan Pekan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) XIV di Waingapu dimulai bukan dengan pidato, tetapi dengan ritual adat bernama Panggara Taungu.
Di gerbang utama Gedung MPL Payeti, dua wunang atau juru bicara adat saling berbalas kata dan kalimat syarat makna. Tuan rumah menanyakan siapa yang datang, sementara tamu menjawab plus menyatakan maksud kedatangan. Dialog itu bukan sekadar formalitas, melainkan simbol keterbukaan dan penghormatan.
Setelah maksud jelas, kedua belah pihak melantangkan pekikan adat: kayakka dan kakalaku. Parang pun dihunus, bukan untuk bertikai, tetapi sebagai tanda persahabatan. Tarian Harama dan Kandingang lalu menyambut para tamu dari berbagai penjuru Nusantara.
“Tradisi ini bukan sekadar penyambutan, tetapi mengajarkan bahwa harmoni bisa dicapai dengan dialog, penghormatan, dan kebersamaan,” ungkap Umbu Wulang Tanaamah Paranggi, Direktur Eksekutif WALHI NTT.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu