“Saya mau berhenti, tapi usaha ini yang lama membiayai hidup saya dan keluarga juga konjak (Kondektur). Juga masyarakat perlu angkutan, jadi walau tertatih – tatih tetap sudah usaha,” ungkap Ewang yang berdomisili di Kakaha, Kecamatan Ngadu Ngala itu.
“Kalau soal jalan yang rusak itu sudah pasti baik yang lubang dalam juga licin berlumpur. Jadi tidak bisa jika hanya bisa bawa oto (mobil) jika tidak bisa pula kerja mesin ataupun kerusakan lainnya yang bisa saja sewaktu – waktu terjadi,” timpalnya lagi.
Kondektur Bus Kayu Cahaya Hidup memperbaiki lubang dengan mengatur batuan di jalan Baimiting, jalur selatan Sumba Timur - Foto :iNewsSumba.id
Dalam kesempatan itu figur berusia 44 tahun ini juga menanggapi dan menjelaskan perihal kebiasaannya yang selalu membawa atau mengangkut batu cadas ataupun kerikil setiap kali berangkat dari Kakaha. Hal itu dilakukan agar bisa secara swadaya menimbun lubang yang dalam serta licin akibat hujan ataupun genangan air yang jika tidak berhati – hati bisa membuat kendaraan selip, kehilangan kendali dan busa saja terperosok dalam jurang yang kadang tidak terlihat dasarnya itu.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu