SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Sudah menjadi rahasia umum di Kabupaten Sumba Timur, jalan jalur selatan punya tantangan sendiri bagi para pelintas terutama pengemudi kendaraan angkutan. Pasalnya selain medannya tergolong berat karena belum semuanya mulus, jurang yang menganga tentunya perlu ekstra hati – hati plus kecakapan para pengemudi atau sopir.
Jalur selatan didominasi oleh jalan yang pembangunan dan perawatannya didanai oleh APBD Propinsi NTT. Keterbatasan dana selalu menjadi salah satu hambatan utama untuk peningkatan, perbaikan ataupun perawatan jalan yang menghubungkan Kota Waingapu dengan sedikitnya 4 Kecamatan.
Namun kondisi itu tidak biasa tidak harus dihadapi, diakrabi dengan tawakal oleh para sopir angkutan pedesaan yang didiminasi truk yang dimodifikasi untuk pengangkutan penumpang plus barang, hingga lazim disebut Bus Kayu itu. Salah satu sopir yang sudah tahunan melewati rute Kakaha – Waingapu ini yakni Tertius Tata Ewang.
“Mau lewat mana lagi, rutenya memang itu sudah, saya memang kalau dari Kakaha ke Waingapu ataupun sebaliknya memang selalu lewat Melolo. Yaa harus siap fisik, mental juga tentu kendaraan yang paten, “ jelas Tertius yang biasa disapa Ewang itu,
Pemilik angkutan pedesaan yang tergabung dalam PT Cahaya Hidup Marongga ini ketika ditemui beberapa hari lalu di Waingapu lebih lanjut menjelaskan upayanya untuk bertahan dibisnis angkutan barang dan penumpang.
“Saya mau berhenti, tapi usaha ini yang lama membiayai hidup saya dan keluarga juga konjak (Kondektur). Juga masyarakat perlu angkutan, jadi walau tertatih – tatih tetap sudah usaha,” ungkap Ewang yang berdomisili di Kakaha, Kecamatan Ngadu Ngala itu.
“Kalau soal jalan yang rusak itu sudah pasti baik yang lubang dalam juga licin berlumpur. Jadi tidak bisa jika hanya bisa bawa oto (mobil) jika tidak bisa pula kerja mesin ataupun kerusakan lainnya yang bisa saja sewaktu – waktu terjadi,” timpalnya lagi.
Kondektur Bus Kayu Cahaya Hidup memperbaiki lubang dengan mengatur batuan di jalan Baimiting, jalur selatan Sumba Timur - Foto :iNewsSumba.id
Dalam kesempatan itu figur berusia 44 tahun ini juga menanggapi dan menjelaskan perihal kebiasaannya yang selalu membawa atau mengangkut batu cadas ataupun kerikil setiap kali berangkat dari Kakaha. Hal itu dilakukan agar bisa secara swadaya menimbun lubang yang dalam serta licin akibat hujan ataupun genangan air yang jika tidak berhati – hati bisa membuat kendaraan selip, kehilangan kendali dan busa saja terperosok dalam jurang yang kadang tidak terlihat dasarnya itu.
“Sudah biasa saya bawa batu gunung atau kerikil kalau dari Kakaha, yaaa itu untuk tutup lubang atau perbaiki jalan yang rusak sebisanya saya dan konjak. Kalau mau tunggu pemerintah kerja atau perbaiki, bisa jadi sampai saya punya cucu baru bisa, itupun kalau dulu,” tandasnya.
Upaya swadaya yang dilakukannya itu beberapa kali juga diunggahnya ke media sosial, hal itu kata dia dimaksud agar pengemudi lainnya juga punya kepedulian yang sama. Juga tentunya bisa juga mengetuk para pengambil kebijakan.
“Bukan untuk sok peduli atau apa, tapi yaa kita perlu jalan yang lebih layak, penumpang juga tentu mau nyaman tapi kondisinya seperti itu, yaa kita upaya sebisa kita sopir dan pemilik angkutan,” tukasnya sembari kembali menegaskan harapannnya agar Dinas Perhubungan (Dishub) dan Kepolisian bisa segera mengambil langkah konkrit dalam hal penertiban angkutan pedesaan liar atau ilegal, tak berbadan hukum yang mempermainkan tarif angkutan.
“Dishub dan Polisi tegaslah sudah dengan nyata bertindak, kami yang berbadan hukum tentu bayar pajak dan taat aturan sementara di sisi lain yang berplat hitam, plat luar dan tidak berbadan hukum bisa jalan bebas. Jangan tebang pilihlah dalam bertindak,” tegasnya kembali menyuarakan harapan yang sama dengan sejumlah rekan – rekannya yang pernah mengkritisi hal serupa beberapa pekan lalu.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu