“ Perkampungan ini ada sejak abad ke-15 masehi, kalau tidak salah pada saat Kerajaan Sriwijaya ada di Nusantara. Kalau kuburan megalith di kampung ini lebih dari 500 buah,” jelas Rehy Patty, tokoh adat Wainyapu kala ditemui di Kampung itu beberapa waktu lalu.
Jika kota-kota besar dihiasi dengan gedung pencakar langit, perkampungan Wainyapu juga demikian adanya. Jika di kota kota besar, kepadatan para penghuni perkampungan kumuh menjadi cerita saban hari, di perkampungan ini seakan tak jauh berbeda. Sebuah rumah bisa dihuni lima bahkan lebih kepala keluarga atau rumah tangga.
“Satu rumah kadang bisa 20- sampai 30 orang atau dua sampai lima rumah tangga. Kalau masak nasih bisa sampai empat periuk,” urai polos Martha Chapa,salah seorang ibu rumah tangga di kampung ini dengan bahasa Indonesia seadanya.
Jenuh dengan kepenatan di kota besar dan keangkuhan gedung pencakar langitnya? mungkin pencakar langit dan suasana khas ala Kampung Wainyapu, bisa menyegarkan dan menciptakan kesan yang berbeda dan tak terlupakan.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu