Selain ketua asosiasi, tokoh perempuan Lewa juga menyuarakan kekesalan. Rambu Chris, salah satu koordinator lapangan juga petani itu, mengungkapkan bahwa hujan sudah turun sejak awal November, namun lahan mereka masih terbengkalai.
“Rumput sudah sampai pinggang. Kami mau olah lahan bagaimana kalau solar tidak ada? Jadi kalau kami bilang akan blokade jalan, itu bukan gertakan. Koordinator kami sampai tingkat desa sudah siap,” ungkapnya.
Kondisi ini membuat aktivitas produksi pangan terancam mandek, padahal Lewa Raya merupakan salah satu lumbung padi terbesar di Sumba Timur. Tanpa solar untuk traktor, musim tanam otomatis terhambat.
Audiensi itu dihadiri dua pimpinan DPRD, Wakil Bupati Sumba Timur, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, serta perwakilan Depo Pertamina Waingapu.
Para petani menilai pemerintah daerah dan Pertamina harus segera berkoordinasi untuk merumuskan kebijakan darurat agar nelayan, petani, dan pelaku industri kecil tidak menjadi korban kelangkaan berkepanjangan.
Jika batas waktu 3×24 jam berlalu tanpa perubahan, maka Lewa akan menjadi pusat protes besar yang berpotensi membuat jalur logistik antar-kabupaten lumpuh total.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait
