Di hadapan massa aksi dan pejabat yang hadir termasuk Bupati Umbu Lili Pekuwali, Wakil Bupati Yonathan Hani, dan jajaran Forkopimda, suara kenabian itu terdengar seperti palu sidang. Tidak ada interupsi, tidak ada yang memotong. Semua mendengarkan, seakan sadar, kata-kata itu bukan sekadar orasi, melainkan cermin bagi kekuasaan.
“Semoga kegelapan segera kita terangi dengan harapan yang masih menyala,” tutup Herlina. Kalimat itu menjadi penutup, tapi juga awal dari percakapan baru di ruang publik Waingapu. Sejak hari itu, potongan video orasinya beredar luas di media sosial, memantik diskusi tentang relasi kuasa, iman, dan jeritan rakyat kecil.
Aksi itu boleh saja usai, tapi gema suara kenabian Herlina masih terasa. Ia mengingatkan, di balik setiap kebijakan, ada nurani yang menanti disentuh. Dan di Sumba Timur, suara itu sudah terlanjur lahir di jalanan.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait