SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Program uji coba Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang diharapkan dapat meningkatkan asupan gizi siswa di Kabupaten Sumba Timur justru hingga kini masih menuai kontroversi. Sejumlah kejadian, mulai dari dugaan keracunan siswa hingga temuan lauk ayam yang ditenggarai kuat masih mentah, menimbulkan kekhawatiran dan pergunjingan di kalangan masyarakat hingga ke dunia maya lewat aneka postingan di media sosial (medsos).
Polemik itu mulai terjadi Selasa (18/2/2025) lalu, dimana 29 siswa SDK Andaluri, Kecamatan Kota Waingapu, mengalami gejala mual, pusing, dan muntah-muntah juga sakit perut usai menyantap menu MBG pada hari kedua pelaksanaannya. Insiden ini memicu kepanikan di kalangan guru dan orang tua siswa. Dugaan keracunan makanan pun mencuat, meski hingga kini penyebab pasti masih menunggu hasil uji laboratorium.
Kontroversi kembali mencuat di SD Inpres Waingapu 3, Rabu (19/2/2025) ketika Esnawati, seorang siswi kelas 6 A, menemukan lauk ayam dalam makanannya masih mentah dan berwarna merah darah. Laporan ini segera dilaporkan kepada wali kelas dan diabadikan dalam foto serta video yang kemudian viral di media sosial.
Wartawan iNews Media Group dan rekan pekerja media lainnya, Kamis (20/2/2025) kemudian mendatangi sekolah yang terletak di bilangan Perumnas, Kelurahan Kambadjawa, Kecamatan Kota Waingapu itu. Kepala SD Inpres Waingapu 3, Hamuli Ngguna Manggil, menerima dengan tangan terbuka dan menegaskan temuan itu. Tidak hanya itu, dirinya membantah adanya tudingan merekayasa temuan itu.
Menurutnya, program MBG sangat disambut sukacita sekolah dan para siswa. Karena sejak adanya program itu, tingkat kehadiran siswa di sekolahnya jadi lebih baik. Namun, dirinya tak bisa mengabaikan begitu saja fakta yang ditemukan di sekolahnya dalam kaitan dengan penyaluran MBG yang melahirkan insiden bahkan kini berimbas sekolahnya tidak lagi mendapatkan layanan MBG.
Tidak hanya penegasan sang Kepala Sekolah, Esnawati dan Emirenciana Mite, selaku Wali kelas 6A juga menguraikan peristiwa dan realita yang terjadi saat itu.
Diakui Esnawati, dirinya sebelum dibagikan dan menyantap menu MBG, sempat membeli nasi bungkus di Kantin Sekolah, dan lauknya telur dan mie. Selanjutnya, ia kembali ke kelas lalu menyantap nasi bungkus yang dibelinya. Saat sedang memakan jajanan itulah, wali kelasnya datang dan kemudian membagikan paket MBG yang sudah tiba dengan mobil Badan Gizi Nasional Sumba Timur beberapa saat sebelumnya.
Esnawati yang saat itu sementara memakan jajanan pembeliannya, belum menyentuh kotak makanan sehat yang telah didapatkannya, sementara teman-temannya sudah memakan menu sajian MBG. Namun, tiba-tiba terdengar salah satu temannya berteriak bahwa ada daging mentah, dan meminta rekannya yang lain untuk memeriksa kondisi daging di dalam kotak makanan sehat miliknya.
Saat dibuka Esnawati, di dalam isi kotak MBG itu terdapat nasi, sayuran, dan sepotong daging ayam, serta buah pisang. Lalu, daging ayam itu diperiksa dan nampak tampilan luar terlihat wajar, sayangnya ketika diperiksa lebih jauh, bagian dalamnya masih merah atau mentah sehingga tidak bisa dikonsumsi, dan bahkan memantik rasa muat rekan-rekan siswa lainnya di kelas itu.
“Ada juga satu teman yang dapat daging masih mentah, tapi dia sudah terlanjur makan,” tukas Esnawati kala itu.
Tidak jauh berbeda dengan penuturan Esnawati, Emirenciana selaku wali kelasnnya juga mengisahkan suasana saat awal insiden itu terjadi.
“Selesai membagikan makanan paket MBG kepada para siswa, saya izin ke kamar mandi, dan tak lama berselang, dua orang murid datang memberitahukannya bahwa Esnawati mendapatkan lauk daging mentah dan masih ada darahnya. Dapat kabar itu, saya langsung bergegas ke kelas untuk konfirmasi, dan memang benar daging ayamnya masih mentah dan berdarah, sehingga langsung meminta Tasya agar tidak memakannya dan membawanya ke depan kelas,” paparnya.
Diakui Emirenciana Mite, pihaknya yang pertama kali mendokumentasikan temuan itu lantas diposting ke medsos. Hal mana kemudian diakuinya sempat ditegur oleh tim penyedia MBG. Ia dipertanyakan mengapa langsung mengunggah foto dan video ke media sosial, yang membuat kasus ini viral. Pihak penyedia MBG bahkan mengancam akan melaporkannya ke polisi, meskipun akhirnya ketegangan mereda setelah kedua belah pihak berdiskusi dan pihak penyedia meminta maaf.
Kantor sekretariat dan dapur penyedia MBG milik Yayasan Maritim Flobamora Nusantara yang merupakan mitra dari Badan Gizi Nasional di Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur - Foto : iNewsSumba.id
Adapun hingga kini, pihak penyedia MBG, Yayasan Maritim Flobamora Nusantara, masih belum memberikan pernyataan resmi terkait permasalahan yang terjadi. Upaya wartawan untuk mengonfirmasi kejadian ini di kantor sekretariat dan dapurnya, Kamis (20/2/2025) siang tidak membuahkan hasil. Oleh petugas yang berada di kantor dan membuka gerbang sejenak untuk membalas sapaan wartawan, hanya menjelaskan pimpinannya masih berada di luar.
Tak bisa dipungkiri, meski menuai kontroversi, program MBG masih dianggap bermanfaat oleh banyak pihak. Namun, insiden ini menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh dalam distribusi makanan, baik dari segi kualitas maupun keamanan konsumsi. Apakah program ini akan terus berjalan dengan perbaikan atau harus ditinjau ulang sebelum diterapkan secara luas? Waktu akan menjawab.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait