Rayakan Keberhasilan Sejumlah Praktik Baik dan Kisah Sukses Program Estungkara dengan Inklusi Day

Dion. Umbu Ana Lodu
Semarak puncak Inklusi Day di Desa Wanggameti, Kecamatan Matawai La Pawu, di hadiri Bupati Sumba Timur, Khristofel Praing - Foto Kolase: LBL/iNewsSumba.id

SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Pemenuhan hak kewarganegaraan bagi kelompok adat khususnya perempuan, anak dan disabilitas melalui program Estungkara merupakan tujuan dari KEMITRAAN sebagai mitra program inklusi. Berbagai strategi intervensi akan dilakukan untuk mendorong kesetaraan dan keadilan gender melalui peningkatan ekonomi, penguatan kapasitas dan pendidikan kritis, agar perempuan adat setara dengan kaum laki-laki dalam tatanan masyarakat.

Di Kabupaten Sumba Timur, NTT, sejak Selasa (17/9/2024) hingga Minggu (22/ 9/2024) dilaksanakan Inklusi Day. Pelaksanaannya melibatkan pemerintah, CSO dan Masyarakat adat. Sebagai salah satu mitra pelaksana program Estungkara, Lembaga Bumi Lestari (LBL) dipercaya menjadi pelaksana kegiatan.

Inklusi Day dilaksanakan pada 4 Desa di Sumba Timur, yakni  Desa Kalamba, Kecamatan Haharu, Desa Ndapayami, Kecamatan Kanatang, Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu dan Desa Wanggameti, di Kecamatan Matawai La Pawu. Ke-4 desa itu hingga kini masih didampingi LBL yang mengfokuskan terbentuknya kelompok-kelompok wanita tani agar mandiri juga pelibatan perempuan adat dalam pemanfaatan sumber daya alam, serta penguatan kelompok disabilitas melalui forum-forum disabilitas.

Sejumlah praktek baik dijabarkan dan dibagikan dalam rangkaian kegiatan Inklusi Day. Demikian dipaparkan Laode M. Syarif, Direktur Eksekutif KEMITRAAN pada wartawan, Jumat (20/9/2024) malam lalu.  

“Inklusi Day merupakan perayaan keberhasilan untuk menampilkan beberapa praktik baik dan kisah sukses dari program Estungkara yang melibatkan komunitas masyarakat adat untuk meningkatkan perspektif keadilan gender dan keterlibatan kelompok marginal dalam pengelolaan sumber daya alam,” paparnya.

Diakui Laode, Inklusi Day yang dilaksanakan mendapatkan apresiasi Pemkab Sumba Timur yang juga turut dilibatkan. Bupati Sumba Timur, Khristofel Praing juga menegaskan hal itu kala hadir dalam acara puncak di Desa Wanggameti, Jumat (20/9/2024) siang lalu.

Ditegaskannya, perayaan Inklusi Day hendaknya tidak sebatas seremonial namun terus berkelanjutan baik dari sisi pelaksanaan juga dampak yang ditimbulkan. Untuk itu perlu dukungan ragam elemen guna merealisasikannya.  

“Kami dari Pemerintah setempat mendukung penyelenggaraan Inklusi Day sebagai pembelajaran antar CSO dan komunitas terkait tradisi, adat istiadat, juga sebagai ruang kolaborasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten dalam mewujudkan kesetaraan hak dan pengakuan identitas masyarakat adat,” tandas Khristofel Praing.

“Dalam konteks ini, pelaksanaan Inklusi Day di Sumba Timur menjadi sangat relevan dan strategis. Dengan kegiatan ini bisa jadi salah satu upaya untuk memperkuat suara dan posisi masyarakat adat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, dan budaya,” urai Stepanus L. Paranggi, Direktur LBL memberikan tanggapannya dalam kesempatan terpisah terkait even dimaksud.

Tahun ini, lanjut Stepanus, Inklusi Day mengangkat tema Wujudkan Inklusi Sosial di Masyarakat Adat dan Penghayat Marapu Melalui Penguatan Budaya, Pengetahuan Adat, dan Kearifan Lokal.  Tema ini sesuai dengan semangat masyarakat dan pemerintah setempat dalam menjaga nilai-nilai luhur nenek moyang ditengah proses pembangunan, sehingga semangat mewujudkan inklusi sosial tetap terjaga dalam prosesnya tanpa ada pihak-pihak yang tertinggal.

Tokoh adat yang terlibat juga memberikan apresiasi pada kegiatan Inklusi Day. Seperti diutarakan Jhon Kembi, dari Desa Wanggameti.

"Sejak Indonesia merdeka, baru kali ini ada event Nasional di Desa Wanggameti. Ini adalah penghormatan yang luar biasa untuk masyarakat adat," tukas Jhon Kembi, tokoh adat Desa Wanggameti.

Sementara itu, Desa Kalamba yang juga menjadi wilayah pelaksanaan Inklusi Day memberikan contoh nyata komunitas yang berusaha mempertahankan kearifan dan pengetahuan lokal mereka di tengah arus modernisasi dan ragam tantangan pembangunan. Terbatasnya akses layanan dasar, diskriminasi, hingga ancaman eksistensi budaya. Namun dengan Kearifan lokal dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun, bisa menopang kehidupan sosial kemasyarakat warga Desa Kalamba.  Hal mana terus diperkuat dengan program Estungkara yang melakukan advokasi hingga penguatan kelompok ekonomi komunitas untuk mendorong masyarakat adat yang berdaya.


Bupati Sumba Timur hadiri puncak Inklusi Day di Desa Wanggameti, Kecamatan Matawai La Pawu bersama ketua TP dan sejumlah pimpinan OPD - Foto Kolase : LBL/iNewsSumba.id

 

Untuk diketahui, KEMITRAAN adalah satu-satunya organisasi Indonesia yang terakreditasi untuk menyalurkan dana internasional Adaptation Fund dan Green Climate Fund untuk ketahanan negara berkembang terhadap perubahan iklim. Di tahun 2021 KEMITRAAN resmi bergabung dalam Koalisi UNCAC, yaitu jaringan global di lebih dari 100 negara yang berkomitmen untuk mempromosikan ratifikasi, implementasi dan pemantauan UNCAC (United Nations Convention Against Corruption).  

Sementara LBL merupakan lembaga yang bergerak pada isu inklusi sosial dan masyarakat adat. Juga salah satu mitra implementor Program Estungkara di wilayah Sumba Timur dalam mendampingi masyarakat adat dan Penghayat Marapu. LBL fokus dalam memperkuat komunitas dalam mengakses layanan dasar dan kemandirian ekonomi perempuan serta kelompok disabilitas.

 

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network