Hal yang sama juga di akui Marsel Boki (30) ia mengatakan, kalau lokasi itu sudah rusak sejak 6 tahun terakhir akibat tanah longsor. Tetapi aktifitas lumpuh total baru berlangsung satu pekan terakhir, setelah hujan terus menerus dan longsor menyapu sebagian besar badan jalan sepanjang kurang lebih dua puluh meter lebih.
"Ini sudah longsor lama sekitar enam tahun tetapi baru putus total satu minggu ini," terang Marsel. Ia juga mengaku, akibat kejadian ini dirinya yang berprofesi sebagai sopir mobil pickup sangat merasakan kurangnya pemasukan untuk mencukupi kebuhan ekonomi keluarganya.
"Sebelum kejadian longsor ini setiap hari saya bisa dapat penghasilan enam ratus ribu rupiah sampai delapan ratus ribu rupiah tetapi setelah jalan putus ini paling saya dapat dua ratus ribu sampai tiga ratus ribu rupiah," jelasnya dengan sedikit keluh.
Hal sama juga diungkapkan Eklopas Aluman (46) yabg juga berprofesi sebagai sopir mobil pickup warga Desa Oenif, yang mengatakan, sebelum kejadian tarif angkutan penumpang kosong dari Oenif ke Kupang Pergi dan Pulang Rp20 ribu sedangkan tarif penumpang dengan muatan barang berkisar Rp30 ribu pergi dan pulang tujuan Kupang Oenif.
Namun setelah kejadian longsor ini terpaksa mereka hanya bisa mengantar dan menurunkan penumpang sampai di lokasi longsor dengan tarif Rp5 ribu/penumpang, sehingga penghasilan mereka menurun drastis. Tak hanya itu, hampir sebagian besar kendaran roda empat juga kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) selama longsor, maka dengan terpaksa para pemilik mobil memanfaatkan BBM yang dijual eceran oleh warga dengan harga Rp15 ribu/botol.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait