Krisis BBM Sumba Makin Keras Terasa: Pengecer Hidup Subur di Tengah SPBU yang Cepat Kering
Yang semakin memperburuk keadaan adalah ketiadaan kejelasan dari Depo Pertamina Sumba Timur. Setiap upaya konfirmasi dari media berakhir tanpa keterangan. Publik yang telah lama menunggu penjelasan merasa kecewa.
Sementara itu, pemerintah pusat terus merilis data harga yang stabil. Namun bagi warga Sumba, angka-angka itu terasa jauh, karena soal harga bukanlah masalah utama. Masalahnya adalah akses.
Kelangkaan BBM ini juga menimbulkan kecemburuan sosial. Warga bertanya-tanya mengapa pengecer bisa memperoleh BBM dengan mudah, namun sulit sekali di SPBU karena terlanjur dikuasai pengantri yang dominannya adalah pengecer.
SPBU sebagai sumber resmi seharusnya menjadi tempat paling mudah bagi warga mendapatkan BBM. Namun kini, di mata masyarakat Sumba, SPBU seakan hanya papan nama. Kehadirannya tidak menjamin ketersediaan BBM, sementara pengecer justru tampil sebagai “penolong” yang mahal.
Selama pola distribusi BBM tidak diperbaiki, krisis ini berpotensi menjadi krisis sosial ekonomi yang lebih besar. Dan untuk saat ini, warga Sumba hanya bisa bertahan di tengah ironi: negara menjamin BBM murah, tetapi kenyataan menunjukkan BBM murah justru perlu ekstra biaya untuk mendapatkannya.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu