Muperkab Perkemi Sumba Timur: Kempo, Karakter, dan Upaya Gapai HUMBA

WAINGAPU, iNewsSumba.id— Di balik kesederhanaan dojo dan semangat kenshi muda, Muperkab Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (Perkemi) Sumba Timur berlangsung hangat dan penuh makna. Tema yang diusung bukan sekadar pembinaan atlet, tapi bagaimana Kempo menjadi bagian dari pembangunan manusia Sumba Timur dalam spirit HUMBA (Harmonis, Unggul, Berbudaya, Adil).
Umbu Martono, Ketua Panitia, mengatakan bahwa Muperkab kali ini fokus pada penyusunan program ke depan. “Kami ingin Perkemi semakin terarah, punya visi jangka panjang, dan memberi ruang bagi generasi muda yang berpotensi,” ujarnya.
Sementara itu mewakili Plt Ketua Perkemi, Stef Laos, menggarisbawahi pentingnya membangun pemimpin yang lahir dari semangat dojo. “Kita berharap lahir pemimpin-pemimpin Kempo yang kredibel di Bumi Matawai Amahu Pada Njara Hamu ini,” katanya.
Stef menambahkan, dukungan pemerintah menjadi kekuatan besar bagi organisasi. “Kami menerimanya dengan rasa syukur dan akan terus berupaya menambah medali bagi kebanggaan Sumba Timur,” tuturnya.
Pemerintah daerah melalui Asisten Administrasi Umum Setda Sumba Timur, Lu Pelindima, menilai kegiatan ini sebagai momentum konsolidasi penting. “Atas nama pemerintah kami berikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan bermartabat ini,” ujarnya.
Menurutnya, Kempo tidak hanya tentang pertarungan di dalam arena tetapi tentang pertarungan dalam diri. “Kempo adalah latihan membangun karakter. Nilai persaudaraan dan kedisiplinan harus dibawa ke kehidupan sehari-hari,” pesannya.
Lu Pelindima pun menutup sambutannya dengan pesan sederhana namun kuat. “Teruslah berlatih dengan semangat tinggi, disiplin, dan rasa persaudaraan. Jadikan itu bagian dari kehidupan, bukan hanya latihan,” katanya.
Muperkab kali ini bukan akhir, tetapi langkah awal menuju masa depan baru Perkemi Sumba Timur. Dari semangat dojo, tumbuh harapan baru ketika keringat, disiplin, dan persaudaraan berbuah medali serta kehormatan bagi diri, keluarga dan daerah bahkan Bangsa Indonesia.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu