Tamu yang kemudian dipersilakan duduk mengitari halaman samping kediaman mendiang Tamu Umbu Ndjaka lantas disuguhkan ‘Pahapa’ (Sirih-Pinang) sembari mereka menikmati lagu-lagu sumba yang disenandungkan Rambu Ata Ratu. Berturutan setelah itu dipersembahkan aneka tarian, dramatisasi proses ‘Papanggang’ (proses penmakaman tokoh adat atau bangsawan Sumba Timur) dan selanjutnya para tamu dipertontonkan cara berbusana adat lelaki dan perempuan Sumba.
Kegembiraan begitu nampak dari para tamu ketika para ‘Rambu’ (perempuan Sumba) mengajak mereka untuk menari bersama. Sekira 10 menit menari bersama, para tamu lantas dipersilakan menikmati kelapa muda, dan berkeliling kampung untuk melihat dari dekat proses pemintalan, pewarnaan benang,menggambar motif dan mengikat serta menenun kain menjadi sebuah maha karya tenunan khas Sumba Timur.
Tamu yang lainnya ada pula yang mengikuti prosesi ‘Hamayangu’ (Doa ) di rumah adat kediaman Umbu Remi guna memohon restu untuk rencana kegiatan berikutnya. Sementara yang lainnya mengambil foto kuburan megalit mendiang Tamu Umbu Ndjaka juga para anak dan pemuda Sumba yang menunggang uda Sandalwood.
Umbu Remi Deta, Tokoh Adat Kampung Raja Prailiu dan Brigita serta Frozz, Wisman asal New Zaelad dan Afrika Selatan - Foto kolase : iNews.id/Dion. Umbu Ana Lodu
“Senang sekali bisa berkunjung ke Kampung ini. Tempat yang cantik dan tak terbayangkan sebelumnya. Sungguh luar biasa atraksi adat dan budaya juga busana adat yang ditampilkan. Ini kamera saya sudah banyak video dan fotonya,” ungkap Frozz, seorang wisatawan asal Afrika Selatan, ketika dimintai kesannya.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu