get app
inews
Aa Read Next : Di Kampung Raja Prailu, Alam Disambut Tarian, Juga Beli Kain Tenun Bermotif Garuda dan Banteng

Dikunjungi Wisman dari Aneka Negara, Warga Kampung Adat Prailiu Sajikan Ragam Keunikan Budaya

Rabu, 10 Juli 2024 | 18:27 WIB
header img
Tarian Harama, penabuh tambur dan gong serta Wunang merapalkan doa dan mantra sebelum telur ayam diinjak oleh pimpinan rombingan wisman masuk ke Kampung Adat Prailiu - Foto Kolase : iNews.id/ Dion. Umbu Ana Lodu

SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Mentari pagi hingga jelang siang di hari Senin (8/7/2024)  memang seterik biasanya, namun justru menyemarakkan suasana yang tersaji di Kampung Adat Prailu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, NTT.  Lokasi yang juga dikenal dengan nama Kampung Raja Prailiu yang hanya berjarak sekira 2 kilometer dari kota Waingapu itu dikunjungi rombongan wisatawan mancanegara (Wisman) dari sejumlah negara.

Suasana berbeda nan spesial ditemukan saat itu, pasalnyamereka yang datang juga merupakan tamu spesial. Berangkat dari realita itu, aneka sajian spesial sesuai adat dan tradisi Sumba Timur ditampilkan atau disuguhkan tokoh adat dan warga kampung itu.

Sesaat setelah turun dari kendaraan dan memasuki pelataran Kampung, seratusan wisatawan dari berbagai negara seperti Amerika, New Zaeland, Australia, dan Afrika Selatan serta negara lainnya disambut dengan ‘Panggara Tau’  atau perkenalan dan sapaan selamat datang. Setelahnya disambut dengan tarian Harama  dan Pasukan Berkuda.

Jalan setapak kampung juga dipagari barikade warga Kampung yang mengenakan busana adat Sumba Timur, dimana warga hanya mengenakan kain tenun ikat bagi pria dan sarung untuk kaum perempuan, dominan tidak mengenakan baju. Sekira 100 meter sebelum memasuki pelataran kediaman Umbu Remi Deta, tokoh adat di Kampung Raja Prailiu itu, tamu masih harus lalui proses menginjak telur yang sebelumnya dirapalkan doa ataupun mantra oleh Wunang (Tetua Adat).

Tamu yang kemudian dipersilakan duduk mengitari halaman samping kediaman mendiang Tamu Umbu Ndjaka lantas disuguhkan ‘Pahapa’ (Sirih-Pinang) sembari mereka menikmati lagu-lagu sumba yang disenandungkan Rambu Ata Ratu. Berturutan setelah itu dipersembahkan aneka tarian, dramatisasi proses ‘Papanggang’ (proses penmakaman tokoh adat atau bangsawan Sumba Timur) dan selanjutnya para tamu dipertontonkan cara berbusana adat lelaki dan perempuan Sumba.

Kegembiraan begitu nampak dari para tamu ketika para ‘Rambu’ (perempuan Sumba) mengajak mereka untuk menari bersama. Sekira 10 menit menari bersama, para tamu lantas dipersilakan menikmati kelapa muda, dan berkeliling kampung untuk melihat dari dekat proses pemintalan, pewarnaan benang,menggambar motif dan mengikat serta menenun kain menjadi sebuah maha karya tenunan khas Sumba Timur.

Tamu yang lainnya ada pula  yang mengikuti prosesi ‘Hamayangu’ (Doa ) di rumah adat kediaman Umbu Remi guna memohon restu untuk rencana kegiatan berikutnya. Sementara yang lainnya mengambil foto  kuburan megalit mendiang Tamu Umbu Ndjaka juga para anak dan pemuda Sumba yang menunggang uda Sandalwood.


Umbu Remi Deta, Tokoh Adat Kampung Raja Prailiu dan Brigita serta Frozz, Wisman asal New Zaelad dan Afrika Selatan - Foto kolase : iNews.id/Dion. Umbu Ana Lodu

 

“Senang sekali bisa berkunjung ke Kampung ini. Tempat yang cantik dan tak terbayangkan sebelumnya. Sungguh luar biasa atraksi adat dan budaya juga busana adat yang ditampilkan. Ini kamera saya sudah banyak video dan fotonya,” ungkap Frozz, seorang wisatawan asal Afrika Selatan, ketika dimintai kesannya.

“Ini akan jadi cerita bagi saudara dan kenalan kami, luar biasa dan terima kasih banyak,” timpal Brigita, wisman asal New Zaeland.

Setelah hampir 3 jam bersama warga kampung dan kaum kerabat menyajikan aneka kekayaan adat dan budaya Sumba Timur, Umbu Remi Deta kepada iNews.id mengatakan, pelestarian budaya dan adat menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk mau berkunjung ke Kampung Raja Prailiu. Selain itu sebut putera bungsu Almarhum Tamu Umbu Ndjaka itu, kerajinan tenun ikat yang khas dengan dominan penggunaan pewarnaan alami yang dilestarikan di Kampung ini menjadikan daya tarik tersendiri.

“Di tengah gempuran globalisasi dan modernisasi, warga kampung ini dan juga kaum kerabat masih berupaya melestarikan tradisi juga adatnya. Tenun ikat dikerjakan dengan mengedepankan proses yang masih alami. Juga Kampung Raja Prailiu ini merupakan Kampung Adat yang berada tidak jauh dari kota atau judah diakses menjadikannya pilihan pertama para wisatawan ketika berkunjung ke Sumba Timur,” papar Umbu Remi.  


Kuburan batu megalit mendiang Tamu Umbu Ndjaka di Kampung Raja Prailiu. Wisman diajar cara mengenakan busana adat khas Sumba Timur dan menari bersama di pelataran kampung - Foto Kolase : iNews.id/Dion. Umbu Ana Lodu

Maha karya kain tenun ikat yang dipajang dan dikenakan oleh warga Kampung Adat Prailiu dan kerabatnya kala itu yakni  ‘Hinggi Kombu’  dan ‘Hinggi Kawuru’, serta kaum perempuan mengenakan ‘Lau Pahikung’ (Songket khas Sumba Timur) dan adapula yang lengkapi rambut di kepalanya dengan ‘Tidu Hai’ atau hiasan kepala berbentuk sisir yang diukir dari cangkang penyu atau kura-kura.

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut