“Kakak saya mengeluh, dia bersama pencari kerja lainnya tidak diurus oleh kordinator calo perekrut yang bernama Yuvinus alias Joker. Padahal sebelumnya kakak saya bilang dia dan kawan-kawan akan diurus tempat tinggal di pondok, juga makan dan minum. Tapi itu tidak dilakukan, karena itu untuk bertahan hidup kaka saya dan kawan-kawannya bekerja menjadi pemotong kayu untuk sekedar membeli beras,”paparnya.
Diakui Maria sebagaimana tuturan kakaknya sebelum meninggal, koordinator Calo memang menyediakan pondok namun hanya dilengkapi alat dapur dan parah. Sementara beras dan air bersih untuk memasak tidak disediakan. Hal itulah yang kemudian diduga menjadi pemicu kakaknya karena tidak makan dan minum teratur juga minim waktu istirahat, akhirnya jatuh sakit. Kondisi itu juga sebenarnya telah disampaikan ke Joker.
Pondok tempat warga yang direkrut koordinator Calo untuk tempat tinggal sementara di Balikpapan - Foto : istimewa
“Kakak saya akhirnya telpon istrinya di Hoder untuk cari uang berobat. Istrinya terpaksa jual babi besar seharga Rp 1 juta dan uangnya dikirim ke suaminya. Setelah dapat uang dari istri dan uang hasil penjualan HP, kakak dengan anak lakinya Fransiskus, menumpang mobil travel menuju ke rumah sakit di Kota Balikpapan. Namun, dalam perjalanan Kakak kami meninggal di atas mobil travel,” ungkap Maria sesunggukan.
Selanjutnya jenazah korban dibawa ke RS Balikpapan. Dan kemudian berupaya untuk menghubungi Joker untuk turut membantu biaya pemulangan jenazah dari Balikpapan ke Kabupaten Sikka. Naun setiap dihubungi nomer Joker tidak aktif.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu