JAKARTA, iNewsSumba.id – Pencoretan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh FIFA tentu berdampak langsung pada pemain dan official yang telah mempersiapkan diri dengan latiha fisik dan taktik yang cukup lama. Namun tidak hanya itu, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga turut terdampak. Hal itu dicermati oleh Kamar dagang dan Industri Indonesia (Kadin).
Dewi Meisari Haryanti, Wakil Ketua Komite Bidang Tata Kelola dan Regulasi Kadin mengatakan, terdapat kelompok UMKM yang berpotensi terdampak batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Yang pertama kata dia adalah kelompok UMKM yang ditunjuk sebagai mitra dari perusahaan merchandise. Dimana diprediksi terdapat 50 hingga 100 UMKM yang memiliki 5 hingga 10 karyawan yang akan terdampak.
Penjelasan Dewi itu selaras dengan pernyataan PT Juara Raga Adidaya (Juaraga) sebagai pemegang lisensi merchandise Piala Dunia U-20 yang mengaku melibatkan UMKM dalam produksinya.
“Tapi tentu saja jumlahnya tergantung. Berdasarkan pengalaman kami, untuk nilai produksi Rp10 miliar atau Rp20 miliar, biasanya akan melibatkan 50-100 UMKM. Bisa jadi jumlahnya lebih besar,” jelas Dewi Meisari Haryanti kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (31/3/2023).
Masih lanjut Dewi, kecenderungan perusahaan akan berperan sebagai konsolidator atau aggregator. Mereka akan berperan sebagai pihak yang melakukan kontrol kualitas dan menyerahkan produksi kepada para mitra.
Logo Kadin - Foto : Koleksi iNews.id
Selain itu urai Dewi, kelompok UMKM yang juga terpengaruh adalah pelaku usaha yang berada di sekitar titik penyelenggaraan. Hal itu kata dia karena penyelenggaraan acara besar seperti pertandingan bola atau konser musik memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pelaku usaha tersebut. Dengan dibatalkannya status tuan rumah Indonesia dalam Piala Dunia U-20, pelaku usaha kehilangan momentum untuk meningkatkan pendapatannya dari hari – hari biasanya.
“Kita anggap 10 persen hingga 20 persen pengunjung akan belanja oleh-oleh, atau makanan, atau souvenir yang dijual pedagang keliling. Setidaknya mereka menghabiskan Rp. 100 ribu per hari. Dari angka tersebut saja sudah lumayan,” tukasnya.
Jika saja jadi digelar dan tidak dibatalkan, Piala Dunia U-20 dilaksanakan pada 6 lokasi yang berbeda. Hal mana tak bisa dipungkiri potensi ekonomi akan menggeliat dan tentu tidak hanya dirasakan pada masyarakat di daerah tertentu, namun tersebar ke lokasi tersebut. Masih jelas Dewi adalah pertambahan jumlah kunjungan wisatawan mancanegera yang tentu tidak hanya menonton pertandingan tapi juga berpeluang mengunjungi lokasi –lokasi wisata alam dan budaya yang ada.
Para wisatawan itu, kata Dewi selain meberikan dampak langsung bagi tempat yang dikunjunginya namun juga efeknya akan kontinyu setelah acara selesai.
“Banyak kejadian dimana para turis menyimpan kontak pelaku usaha dan mereka tetap melakukan pemesanan setelah acara berakhir. Jadi tentu sangat berdampak,” pungkas Dewi
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu