SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Polres Sumba Timur memastikan proses hukum dalam bentuk penyelidikan terkait dengan permasalahan pembangunan pasar Prailiu, Kecamatan Kambera, akan terus berlanjut. Penyelidikan terkait dengan dugaan adanya tindakan yang bertentangan dengan ketentuan dan hukum yang berlaku bahkan kini terus bergulir dengan meminta ahli dari BPKP untuk melakukan audit.
Kapolres Sumba Timur, AKBP Fajar WLS melalui Kasat Reskrim Iptu Jumpatua Simanjorang, kepada iNewsSumba.id Jumat (20/1/2023) di Mapolres menyatakan, Kanit Tipikor telah ke Kupang untuk bertemu dan berkonsultasi dengan BPKP.
“Masih terus dilidik, kemarin kan telah kami lakukan permohonan audit ke BPKP namun karena di bulan Desember dimana akhir anggaran sehingga kembali kami lakukan permohonan di bulan Januari ini. Kanit Tipikor sekarang ada di Kupang untuk temui BPKP,” jelas Jumpatua.
Terkait dengan proses lidik dimaksud, Jumpatua menguraikan bahwa permasalahan tidak sebatas audit semata namun ada pula kepastian terkait status lahan yang berada di sempadan pantai.
Jumpatua mengakui untuk permasalahan atau kasus dugaan korupsi memang prosesnya membutuhkan waktu yang cenderung lebih lama.
Dua dari lima los Lapak di Pasar Pariliu yang kini terlantar - Insert : Kasat Reskrim Polres Sumba Timur, Iptu Jumpatua Simanjorang - Foto : Dion. Umbu Ana Lodu/iNewsSumba.id
“Beratnya kalau dalam penanganan kasus korupsi itu memang lama berprosesnya karena terkait kerugian negara harus benar – benar riil dihitung besarannya. Jadi dengan kerendahan hati perlu kesabaran sejumlah pihak,” tandas Jumpatua.
Untuk diktahui Pasar Prailiu sejatinya dibangun untuk menjadi tempat baru bagi para pedagang Prailiu yang sebelumnya beraktifitas di depan Lapangan Pacuan Kuda Rihi Eti. Para pedagang itu harus dipindahkan seiring penataan dan rehabilitasi kawasan juga Lapangan pacuan kebanggaan Sumba Timur itu.
Namun para pedagang yang mestinya menempati 50 lapak yang ada di Pasar Prailiu baru hanya bertahan kurang lebih 1,5 bulan. Bangunan semi permanen dengan kontruksi setengah tembok dan setengahnya lagi triplex itu hingga kini lengang dan mulai rusak. Padahal untuk membangun fasilitas yang kini terbengkalai itu, dana APBD Sumba Timur sebesar Rp1,2 Miliar pada akhir tahun 2021 lalu terkuras.
Lius Tede Lay, warga dan juga ketua RT 12 Kelurahan Prailiu, membenarkan kondisi pasar itu kian memprihatinkan. Ketika ditemui wartawan Rabu (9/11/2022) lalu dengan gamblang dikisahkannya para pedagang yang memempati tak seberapa lama di pasar itu.
“Hanya sekitar satu bulan setengah pedagang tempati setelah peresmian. Namun kemudian karena sepi dan minim bahkan tidak pemasukan, satu persatu pedagang kasih tinggal lapaknya di sini,” jelas Lius Tede.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu