SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Belasan pengrajin tenun ikat khas Sumba Timur diberikan edukasi tentang konservasi lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan pada salah satu rumah di tengah Kampung Raja Prailiu, Kecamatan Kambera, NTT, Sabtu (16/7/2022) pagi hingga siang hari lalu.
Geliat ekonomi dampak dari berkembangnya bisnis pariwisata di Sumba Timur, tak bisa dipungkiri membawa dampak bagi kelestarian lingkungan termasuk di area perkampungan adat khas Sumba. Hal itu perlu disadari setiap warga, dengan semaksimal mungkin melaksanakan konservasi.
“Konservasi beri manfaat ekologi dimana keanekaragaman hayati bisa memperoleh perlindungan melalui kesimbangan ekosistem. Juga manfaat ekonomi yang bisa berimbas pada terjaganya sumber pendapatan hingga bisa dimanfaatkan. Jika lingkungan rusak, resiko kerugian akan terus pula meningkat,”papar Triawan Umbu Mehakati, pemateri dari konsorsium Pusaka Siap Siaga.
Kegiatan ini diikuti antusias oleh para penenun dan penjual aksesoris khas Sumba Timur di kampung itu. Apalagi pemateri dari Pusaka Siap Siaga juga bersama warga mempraktekan cara pemanfaatan limbah plastik menjadi bahan yang bernilai ekonomis.
Praktek membuat sofa dari bahan bekas pakai seperti botol plastik air mineral, kain perca, kardus bekas menarik animo warga.
“Pasti sofanya akan lebih cantik jika sarungnya gunakan potongan kain tenun bekas pakai dari bahan jahitan baju atau jas,” ungkap Tamu Rambu Ery, salah satu peserta pelatihan.
“Beruntung sekali kami bisa diberikan pencerahan dan pelatihan ini, belum pernah kami dapatkan sebelumnya,” timpal Tamu Rambu diamini peserta lainnya.
Kampung Raja Prailiu merupakan perkampungan adat yang letaknya tidak jauh dari kota Waingapu. Di tempat ini, wisatawan yang berkunjung bisa menyaksikan rumah – rumah adat khas Sumba Timur berkontruksi panggung, beratap ilalang lengkap dengan menaranya. Selain itu, kekhasan kuburan megalith para bangsawan, juga tenun ikat yaang bisa dibeli dan juga disewakan untuk dikenakan.
Foto dengan mengenakan kain tenun khas setempat berlatar rumah adatnya tentu punya nilai estitika. Mendiang Glen Fredly hingga Super Group Slank pernah mengunjungi kampung ini bahkan memasukan nama kampung dan sambutan warga pada mereka dalam lirik lagunya berjudul Sumba Humba.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu