Menyadari gelombang kritik yang mengalir, Gus Elham kemudian menyampaikan permintaan maaf dan mengakui kekhilafannya. “Saya berkomitmen memperbaiki diri dan menjadikan ini pelajaran,” ucapnya dalam video klarifikasi.
Para pemerhati anak menilai tindakan itu bisa menimbulkan dampak psikologis bagi anak. “Setiap anak berhak atas rasa aman dan bebas dari ketidaknyamanan,” kata aktivis perlindungan anak di Kediri.
Kasus ini memperlihatkan betapa batas antara niat baik dan pelanggaran etika publik kian tipis di era digital. Figur publik, apalagi tokoh agama, kini harus dua kali berpikir sebelum bertindak.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait
