JAKARTA, iNewsSumba.id – Presiden Prabowo Subianto akhir pekan ini mengundang 16 ormas Islam ke Hambalang. Diskusi berlangsung hangat hampir tiga jam dengan tema utama: menjaga keutuhan bangsa. Sehari setelahnya, dari Waingapu, Nusa Tenggara Timur, seorang pendeta Gereja Kristen Sumba (GKS) menggaungkan pesan serupa: menolak kekerasan.
Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nashir, menilai ormas Islam memiliki tanggung jawab moral yang besar. Sejarah panjang mereka dalam perjalanan republik harus menjadi teladan untuk tetap memelihara persatuan.
“Kita harus mewaspadai demokrasi yang terkontaminasi kekerasan. Demokrasi sejati harus mengedepankan keadaban,” tegas Haedar.
Dialog itu juga mendapat perhatian PBNU. Ketua Umum Yahya Cholil Staquf menyebut pertemuan tersebut digelar dari hati ke hati, menekankan perlunya kejujuran dalam menghadapi problem bangsa.
Dari sisi lain Indonesia, tepatnya dari Kota Waingapu, Pendeta Yuliana Ata Ambu menyerukan hal yang seirama. ia mengajak umat Kristiani menjauhi anarkisme.
“Kita diminta bijak dan tetap dalam kasih, tidak menggunakan cara-cara kekerasan yang merugikan semua,” katanya, Minggu (31/8/2025) pagi lalu.
Pesan Yuliana tidak hanya untuk jemaat Gereja Kristen Sumba (GKS) Payeti, tetapi juga bagi seluruh warga yang mendengar. Ia berharap doa bersama mampu meredam gejolak di tengah situasi bangsa yang penuh tantangan.
Dua pesan dari Hambalang dan Waingapu ini menjadi gambaran bahwa semangat persatuan Indonesia tidak hanya tumbuh di kalangan mayoritas, tetapi juga mengakar kuat di seluruh penjuru negeri.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait