KUPANG,iNewsSumba.id — Nuansa budaya lokal dan etnis Tionghoa menyatu indah dalam ibadah Minggu pagi (4/5/2025) di Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Sion Oepura, menandai dimulainya Bulan Bahasa dan Budaya yang diinisiasi oleh Majelis Sinode GMIT.
Untuk pertama kalinya, perpaduan budaya Timor dan Tionghoa hadir dalam ibadah, menampilkan rumah bulat khas Timor lengkap dengan ornamen alat tenun ikat, sirih pinang, serta hasil bumi seperti padi, kelapa, dan labu. Lampion merah dan ornamen khas Tionghoa turut memperkaya suasana, menciptakan harmoni visual yang memikat.
Ibadah ini juga diramaikan dengan tarian tradisional yang diiringi gong dan tambur, serta penyampaian natoni—ungkapan adat Timor yang sarat makna—yang menambah kedalaman spiritual momen tersebut.
Pendeta Silfia J.C Foeh-Rozet, Ketua Majelis Jemaat Sion Oepura, menjelaskan bahwa Bulan Bahasa dan Budaya bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi momentum untuk memperkuat pelayanan jemaat melalui semangat kebhinekaan.
"Keberagaman bahasa dan budaya adalah kekuatan yang menyatukan dalam pelayanan. Ini menjadi pengingat bahwa kita dipanggil untuk melayani lewat identitas kita yang beragam," ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Etnis Timor, Yan Banunaek, menyampaikan bahwa tema tahun ini adalah “Penghargaan kepada Pekerjaan Perempuan.” Hal ini tercermin dalam penggunaan ornamen tenun serta simbol Tionghoa dalam dominasi warna merah.
"Kami ingin menunjukkan bahwa keberagaman bukan sekadar ditampilkan, tetapi dimaknai dan dihidupi. Semoga semangat ini membuat kita makin giat dalam ibadah dan pelayanan," ujar Yan.
Ibadah penuh warna ini tak hanya menjadi simbol integrasi budaya, tapi juga panggilan untuk terus merawat nilai-nilai luhur dalam kehidupan berjemaat.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait