Pelukan Terakhir Sang Gembala: Curahan Hati Seorang Pastor Mengenang Paus Fransiskus

Pater Wilhelmus Ngongo Pala, CSsR
Momen perjumpaan penulis dengan Paus Fransiskus di Aula Clementine , Vatikan - Foto : istimewa

JAKARTA, iNewsSumba.id - Sore itu, 21 April 2025, kabar duka menyelimuti dunia. Paus Fransiskus,, Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik yang dicintai jutaan umat telah dipanggil pulang ke rumah Bapa. Dalam keheningan, saya terduduk diam. Air mata tak terbendung. Hati ini mengalirkan kenangan satu hari yang tak akan pernah saya lupakan: 2 Oktober 2022, hari ketika saya bertatap muka dengan Bapa Suci di jantung Gereja Katolik, Kota Roma.

Hari itu bukan sekadar perjalanan spiritual itu adalah perjumpaan batin. Bersama ratusan konfrater dari berbagai penjuru Asia Oceania, kami mengenakan jubah hitam dan roman collar, simbol kerendahan dan kesetiaan. Bagi banyak dari kami, ini adalah pertemuan pertama dan mungkin terakhir dengan beliau.

Dari Lapangan Santo Petrus hingga Aula Clementine yang bersejarah, setiap langkah terasa sakral. Ketika Bapa Suci memasuki ruangan, keheningan berubah menjadi tepuk tangan penuh hormat. Di usianya yang senja, ia berjalan perlahan namun penuh wibawa. Sapaan awalnya? Sederhana, jenaka, namun sarat makna.

“Saya punya sambutan enam halaman… tapi ini sudah waktunya makan siang. Kalian pasti tidak akan mendengarkan!”
“Cara tercepat membunuh seorang biarawan adalah dengan mengambil waktu siesta dan menunda makan siangnya!”

Tawa pun pecah, mencairkan suasana. Namun tak lama, beliau menyampaikan pesan-pesan mendalam:
 

Tinggalkan zona nyaman. Jangan pernah lelah menjadi guru moral. Ketaatan sejati bukan sekadar mengikuti kehendak sendiri.

Di akhir audiensi, kami semua berjabat tangan. Tidak perlu berlutut, tidak perlu mencium tangan. Kami menerima rosario sebagai kenangan, dan yang paling penting: pesan hidup dari seorang gembala sejati.

“Don’t forget to leave your comfort zone as a missionary.”

Kini, Paus Fransiskus telah pergi. Namun warisannya tak akan pernah pudar. Ia hidup dalam semangat, dalam sapaan hangatnya, dalam keberanian kami untuk keluar, pergi, dan melayani.

Viva Papa Francesco! Viva Iglesia! Viva Jesucristo!

Requiescat In Pace, Santo Padre. Terima kasih untuk pelukan terakhir itu—dari jauh, namun begitu nyata dalam hati.


Pater Wilhelmus Ngongo Pala, CSsR - Foto : istimewa

Penulis : Pater Wilhelmus Ngongo Pala, CSsR
Kelahiran Sumba dan Kini jadi Pastor Rekan di Paroki Cijantung dan Koordinator Pastoral Orang Muda Redemptorist Asia Pasifik


Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network