Hutan dijaga agar keberlangsungan sumber pangan alternatif, juga sumber bahan bangunan rumah adat dan obat-obatan tradisional tetap terjaga. Hutan juga tentunya, tambah Khristian bermanfaat untuk kelestairan mata air yang bersumber dari tempat itu.
Demikian pula halnya lahan pertanian untuk padi dan jagung, dijaga dengan tetap mengutamakan penggunaan cara-cara alami dalam pengelolaan, juga lahan atau padang pengembalaan ternak kuda, sapi dan kerbau.
Menanggapi perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu, masyarakat Kampung Adat Wundut sepenuhnya menyadari hal itu merupakan imbas dari perilaku-perilaku yang tidak menghargai kearifan lokal, eksploitasi terhadap alam yang berlebihan tanpa memperhitungkan kelestarian atau keberlanjutan.
“Hutan-hutan dirusak, buka lahan baru dengan cara dibakar dan juga pembakaran padang adalah perilaku yang tidak pantas untuk ditiru. Kami di sini kalau hutan adat hanya dimasuki untuk mencari ramuan obat tradisional atau kayu utama untuk membangun rumah adat. Itupun baru bisa masuk jika sudah diadakan rangkaian ritual memohon ijin,” kata Lunggi Randa.
“Lahan kami jarang diserang hawa wereng, bahkan hama belalang yang lalu saja lahan sawah dan kebun kami aman,” menambahkan Khristian H. Wali.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait