Kita tidak bisa menutup mata bahwa tenaga honorer adalah tulang punggung pelayanan publik. Tanpa mereka, banyak sekolah akan kekurangan guru, rumah sakit akan kekurangan tenaga kesehatan, dan instansi pemerintahan akan kehilangan pekerja-pekerja yang menggerakkan sistem dari balik layar.
Kini, harapan itu kembali menyala. Kebijakan ini bukan sekadar angka dalam tabel rekrutmen, melainkan nasib jutaan pekerja yang selama ini hanya bisa berharap dalam diam. Ini adalah saatnya bagi mereka untuk mendapatkan keadilan.
Sudah terlalu lama mereka menunggu. Kini, saatnya pemerintah benar-benar menepati janji. Agar mereka tak lagi menjadi “pahlawan tanpa status,” tetapi diakui, dihargai, dan diberikan masa depan yang layak.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu