Para mahasiswa dan dosen pembimbingnya menyadari penuh, kain tenun ikan Sumba Timur adalah salah satu warisan budaya yang sangat berharga. Proses pembuatan kain juga diakui menggunakan cara tradisional dan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, peran kaum perempuan terkhususnya para ibu sangat penting dalam lestarinya tradisi itu, juga jadi salah satu kegiatan untuk mempererat hubungan sosial.
Para mahasiswa ini mengakui, sebelumnya hanya mendengar dan melihat sekilas informasi seputar kain tenun ikat Sumba Timur. Namun setelah berinteraksi langsung dengan para pengrajin barulah mereka menyadari panjangnya proses kain tenun ikat Sumba Timur itu dihasilkan menjadi sebuah maha karya yang punya cerita historis di baliknya.
Terkait hal itu, Ida Bagus Putu Punia, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sumba Timur menegaskan, Kain tenun ikat Sumba Timur punya keunikan tersendiri yang pantas untuk menjadi kebanggaan juga dilestarikan.
Lima Mahasiswa ITB mempresentasikan hasil kegiatan Pengabdian ke Masyarakat di ruang kerja Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sumba Timur - Foto kolase : iNewsSumba.id
“Dari aspek pewarnaan kain, pengrajin menggunakan bahan-bahan alami seperti akar mengkudu yang menghasilkan warna merah dan daun nila yang memberikan warna biru. Walau kini ada juga yang telah gunakan pewarna kimiawi. Keunikan kain tenun ikat tidak hanya terletak pada proses pewarnaannya, tetapi juga pada pola-pola yang dihasilkan. Pola-pola tersebut menangkap sejarah dan simbolisme kepercayaan masyarakat Sumba Timur, mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi yang mendalam,” papar Ida Bagus.
Untuk diketahui, hasil dari pengumpulan data dan analisis SIPOC para mahasiswa dan dosen itu juga disajikan dalam bentuk audio-visual dan buku (booklet) yang menggambarkan hasil temuan-temuan itu. Mereka berharap nantinya bisa dijadikan referensi pihak lain juga mendapatkan respon balik dari Dinas terkait dalam rangka meningkatkan produksi, penyediaan bahan baku juga peningkatan pengetahuan akan akses pemasaran online dan offline dari para pengrajin guna peningkatan ekonominya.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait