“Sudah biasa saya bawa batu gunung atau kerikil kalau dari Kakaha, yaaa itu untuk tutup lubang atau perbaiki jalan yang rusak sebisanya saya dan konjak. Kalau mau tunggu pemerintah kerja atau perbaiki, bisa jadi sampai saya punya cucu baru bisa, itupun kalau dulu,” tandasnya.
Upaya swadaya yang dilakukannya itu beberapa kali juga diunggahnya ke media sosial, hal itu kata dia dimaksud agar pengemudi lainnya juga punya kepedulian yang sama. Juga tentunya bisa juga mengetuk para pengambil kebijakan.
“Bukan untuk sok peduli atau apa, tapi yaa kita perlu jalan yang lebih layak, penumpang juga tentu mau nyaman tapi kondisinya seperti itu, yaa kita upaya sebisa kita sopir dan pemilik angkutan,” tukasnya sembari kembali menegaskan harapannnya agar Dinas Perhubungan (Dishub) dan Kepolisian bisa segera mengambil langkah konkrit dalam hal penertiban angkutan pedesaan liar atau ilegal, tak berbadan hukum yang mempermainkan tarif angkutan.
“Dishub dan Polisi tegaslah sudah dengan nyata bertindak, kami yang berbadan hukum tentu bayar pajak dan taat aturan sementara di sisi lain yang berplat hitam, plat luar dan tidak berbadan hukum bisa jalan bebas. Jangan tebang pilihlah dalam bertindak,” tegasnya kembali menyuarakan harapan yang sama dengan sejumlah rekan – rekannya yang pernah mengkritisi hal serupa beberapa pekan lalu.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait