KUPANG,iNewsSumba.id- Akibat curah hujan tinggi disertai angin kencang yang berlangsung beberapa pekan terakhir di wilayah NTT, langsung mengakibatkan dampak negatif seperti tanah longsor, hal inilah yang dialami sebagian besar masyarakat di Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang, NTT.
Setidaknya 6 desa sejak sepekan ini lumpuh akibat tanah longsor menyapu sebagian badan jalan di Kampung Kiupakas Desa Oemasi. Adapun 6 desa yang lumpuh akibat kondisi itu Desa Oenif, Usapisonbai, Taloetan, Bone, Tasikona dan Desa Oepaha.
Sebagaimana pantauan iNews.id Minggu, (12/2/2023) siang, nampak sejumlah warga yang bepergian dari Desa Bone dan Usapisonbai terpaksa harus turun dari kendaraan mereka untuk transit pada kendaraan lainnya saat tiba di lokasi longsor. Warga tidak bisa melintas karena jalan terputus akibat longsor.
Rince Baitanu (38) warga desa Oemasi mengatakan rumahnya hanya berjarak bebeapa meter dari lokasi longsor. Tetapi ketika akan bepergian ke pusat kecamatan di Oemasi maupun ke Kota Kupang terpaksa harus menyebang dengan berjalan kaki beberapa meter kemudian baru menumpang kendaraan karena mobil tidak bisa melintas di lokasi longsor.
"Saya rumah dekat sini saja (sambil menunjuk ke arah rumahnya) hanya karena jalan putus jadi kami jalan kaki ke sini untuk naik oto (mobil_red) karena longsor," jelasnya.
Hal yang sama juga di akui Marsel Boki (30) ia mengatakan, kalau lokasi itu sudah rusak sejak 6 tahun terakhir akibat tanah longsor. Tetapi aktifitas lumpuh total baru berlangsung satu pekan terakhir, setelah hujan terus menerus dan longsor menyapu sebagian besar badan jalan sepanjang kurang lebih dua puluh meter lebih.
"Ini sudah longsor lama sekitar enam tahun tetapi baru putus total satu minggu ini," terang Marsel. Ia juga mengaku, akibat kejadian ini dirinya yang berprofesi sebagai sopir mobil pickup sangat merasakan kurangnya pemasukan untuk mencukupi kebuhan ekonomi keluarganya.
"Sebelum kejadian longsor ini setiap hari saya bisa dapat penghasilan enam ratus ribu rupiah sampai delapan ratus ribu rupiah tetapi setelah jalan putus ini paling saya dapat dua ratus ribu sampai tiga ratus ribu rupiah," jelasnya dengan sedikit keluh.
Hal sama juga diungkapkan Eklopas Aluman (46) yabg juga berprofesi sebagai sopir mobil pickup warga Desa Oenif, yang mengatakan, sebelum kejadian tarif angkutan penumpang kosong dari Oenif ke Kupang Pergi dan Pulang Rp20 ribu sedangkan tarif penumpang dengan muatan barang berkisar Rp30 ribu pergi dan pulang tujuan Kupang Oenif.
Namun setelah kejadian longsor ini terpaksa mereka hanya bisa mengantar dan menurunkan penumpang sampai di lokasi longsor dengan tarif Rp5 ribu/penumpang, sehingga penghasilan mereka menurun drastis. Tak hanya itu, hampir sebagian besar kendaran roda empat juga kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) selama longsor, maka dengan terpaksa para pemilik mobil memanfaatkan BBM yang dijual eceran oleh warga dengan harga Rp15 ribu/botol.
"Dengan kejadian ini penghasilan saya sangat menurun karena jarak tempuh hanya sampai dilokasi longsor dan penumpang transit untuk tukar kendaraan lain", jelas Aluman.
Warga berharap Pemerintah Kabupaten Kupang bisa segera memperbaiki jalan ini atau bisa dicarikan solusi lain agar aktifitas bisa kembali normal di waktu mendatang.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait