SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Langkah revitalisasi dengan melibatkan seluruh stake holder sangat diperlukan untuk pelestarian bahasa ibu atau bahasa daerah. Hal yang sama juga perlu dilakukan di Propinsi NTT. Apalagi di NTT kini ada 2 bahasa daerah yang terancam punah, bahkan 1 bahasa daerah dari total 72 bahasa daerah yang ada situasinya kritis.
Harapan itu disampaikan oleh Abdul Khak, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Kemendikbud Ristek kepada wartawan di sela – sela kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu, Revitalisasi Bahasa Kambera di Taman Wisata Sweemback Matawai, Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Selasa (15/11/2022).
“Di NTT itu ada bahasa Nedebang dan Adang yang terancam punah, itu data terbaru yang kami punya. Sementara ada 1 Bahasa daerah yang kondisinya kritis yakni bahasa Reta, kita harapkan semiuanya tidak sampai punah,” tandas Abdul Khak yang saat itu didampingi Ardi P. Ferdinandus, staf teknis Kantor Bahasa NTT.
“Kesemua bahasa yang terancam punah dan kritis itu dari Kabupaten Alor,” timpal Ardi P. Ferdinandus.
Perhelatan Festival Tunas Bahasa Ibu, Revitalisasi Bahasa Kambera sendiri dibuka oleh Wakil Bupati Sumba Timur, David Melo Wadu. Kegiatan yang menampilkan peserta dari 2 Kabupaten yakni Sumba Timur dan Sumba Tengah.
Salah satu kreasi tarian tradisional Sumba Timur yang ditampilkan dalam Festival Tunas Bahasa Ibu di Taman Wisata Sweemback Matawai, Waingapu - Foto : Dion Umbu Ana Lodu
Dalam sambutannya David Melo Wadu menekankan bahasa ibu patut di jaga dan dilestarikan. Kaum muda juga diharapkan untuk tidak malu atau gengsi menggunakan bahasa daerah.
“Bahasa daerah atau bahasa ibu sejatinya adalah identitas kita dan itu patut untuk dibanggakan. Jadi jangan malu menggunakannya,” tandasnya.
David juga mengakui secara terbuka tidak bisa menggunakan bahasa Sumba dan hanya mengerti namun tidak bisa membalasnya kala terlibat percakapaan atau dialog.
Festival sendiri diikuti dengan antusias oleh seluruh peserta dan juga para penonton yang hadir. Bebeberapa kategori yang dilombakan antara lain tarian, cerita rakyat, luluku serta puisi.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait