get app
inews
Aa Text
Read Next : Antrean BBM Jadi Pemandangan Rutin di Kota Waingapu, Kendaraan Meluber Keluar SPBU Jejali Jalanan

BBM Eceran Capai Rp40 Ribu di Flores, Warga Menjerit di Tengah Krisis Pasokan dan Antrean

Jum'at, 03 Oktober 2025 | 08:22 WIB
header img
Antrean kendaraan untuk mengisi BBM di salah satu SPBU kota Bajawa, Flores mengular hingga hampir 2 kilometer-Foto: Joni Nura

BAJAWA, iNewsSumba.id– Warga Flores kembali menjerit. Krisis BBM jenis Pertalite dan Solar membuat harga di tingkat pengecer melambung tinggi, mencapai Rp40 ribu per liter. Kondisi ini terjadi di tengah antrean panjang yang mengular di SPBU Kabupaten Ngada, Nagekeo, hingga Ende.

“Kalau tidak beli di pengecer, ya motor tidak jalan. Tapi harga sangat mencekik,” keluh seorang pengendara motor di Bajawa.

Pantauan media menunjukkan antrean di SPBU berlangsung sejak dini hari. Banyak kendaraan rela menginap, bahkan sopir tidur di jok truk demi mendapatkan BBM. Namun, suplai yang minim membuat tidak semua kebagian.

Sulistiono, sopir ekspedisi asal Jawa Timur, mengaku sudah tiga hari parkir di depan SPBU. “Saya tidak bisa balik ke Surabaya. Barang terlambat, ongkos membengkak,” ujarnya dengan nada kecewa.

Kelangkaan BBM yang berkepanjangan ini menimbulkan keresahan luas. Warga mendesak pemerintah pusat segera mengatasi masalah distribusi. Mereka menilai akar masalah ada pada terbatasnya kapal pengangkut BBM menuju depot Pertamina di Flores.

“Kalau kapal terbatas, ya tambah. Jangan sampai rakyat yang harus bayar mahal,” ujar seorang warga Ende.

Dampaknya sudah nyata terlihat. Aktivitas ekonomi menurun drastis. Pasar-pasar tradisional sepi, biaya transportasi naik, dan harga kebutuhan pokok ikut merangkak.

Kelangkaan ini juga mengganggu jalur logistik di Trans Flores. Ratusan kendaraan logistik terpaksa menunggu berhari-hari, menyebabkan distribusi barang dari dan menuju Flores tersendat.

Masyarakat berharap pemerintah provinsi, pusat, hingga DPR RI segera mengambil langkah cepat. Mereka tak ingin krisis ini menjadi rutinitas yang terus menghantui kehidupan di Flores.

Pulau Flores ini bagian dari Indonesia. Kami butuh perhatian serius. Jangan hanya Jawa yang dipikirkan,” tegas seorang sopir di Ngada.

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut