get app
inews
Aa Text
Read Next : Zulkifli Hasan: Rp10 Triliun Dianggarkan Pemerintah untuk Perkebunan Rakyat

Diskusi Publik di Stella Maris Kupas Krisis Ekologi dan Ancaman Hidup Petani-Nelayan Sumba

Kamis, 11 September 2025 | 19:58 WIB
header img
Diskusi publik bertajuk “Urgensi Keadilan Ekologis di Loda Wee Maringi Padda Wee Malala di Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT-Foto: iNews Sumba

TAMBOLAKA, iNewsSumba.id – Aula Universitas Stella Maris (Unmaris) Sumba Barat Daya, NTT pada Rabu (10/5/2025) dipenuhi suara perdebatan, doa, dan keprihatinan. Sebuah diskusi publik bertajuk “Urgensi Keadilan Ekologis di Loda Wee Maringi Padda Wee Malala” berlangsung sejak pagi hingga sore. Tema besar yang diangkat: perlindungan petani dan nelayan di tengah krisis ekologi yang kian nyata.

Acara ini dihadiri tokoh penting: Wakil Bupati Sumba Barat Daya, Dominikus A. Rangga Kaka, Direktur Eksekutif WALHI NTT, Umbu Wulang TA Paranggi, akademisi, mahasiswa, serta perwakilan petani dan nelayan. Rektor Unmaris, Alexander Adis menegaskan pentingnya keterlibatan kampus dalam menjawab masalah ekologis. Menurutnya, tanpa hutan dan laut yang lestari, generasi mendatang hanya akan mewarisi krisis.

Umbu Wulang mengingatkan bahwa Sumba tak boleh jatuh pada praktik tambang serampangan. Ia menyinggung hilangnya cendana dan kuda Sandelwood sebagai tanda gagalnya manusia menjaga warisan leluhur.

“Sumba hanya bisa diselamatkan dengan solidaritas dan kesadaran bersama,” ujarnya lantang.

Wakil Bupati Sumba Barat Daya membuka acara dengan menekankan peran pemerintah yang tak bisa berjalan sendiri. Ia menilai forum ini strategis sebagai momentum memperkuat komitmen menjaga ruang hidup petani dan nelayan.

Dalam diskusi, berbagai persoalan muncul: soal pupuk, penggunaan pestisida, banjir, kekeringan, hingga budaya belis. Keba Moto Tanabi dari Unmaris memperkenalkan inovasi pupuk bio sebagai solusi ramah lingkungan. Sementara aktivis Yonathan Agu Ate menegaskan krisis ekologi bukan semata kesalahan petani, melainkan kegagalan sistem yang lebih luas.

Martha Rambu Bangi dari Yayasan Bahtera mendorong gaya hidup hijau lewat penghijauan pekarangan dan pertanian organik. Kadis Lingkungan Hidup SBD, Enos Eka Dede, menegaskan tiga prioritas: penanaman pohon, pengelolaan sampah, dan pengendalian tambang pasir ilegal.

Diskusi publik ini akhirnya dirumuskan dalam empat poin kesimpulan: pentingnya peningkatan ekonomi, kerja keras lintas sektor, perlunya data akurat dalam advokasi, serta pelestarian budaya luhur seperti belis. Sebuah pesan moral jelas tersampaikan: menjaga bumi adalah tanggung jawab generasi kini untuk masa depan.

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut