WAINGAPU, iNewsSumba.id — Meski pemerintah pusat menjamin harga BBM subsidi tetap stabil, warga Sumba Timur bahkan Pulau Sumba secara keseluruhan justru berhadapan dengan fenomena ironis: SPBU cepat sekali kekeringan stok, sementara pedagang BBM eceran tumbuh bak jamur di musim hujan. Krisis ini sangat terasa di Waingapu, pusat pergerakan ekonomi di Pulau Sumba.
Setiap hari dan tentunya dimulai dari pagi, antrean di SPBU Matawai dan SPBU Kilometer Dua memanjang hingga menutup sebagian badan jalan. Kondisi yang kemudian memantik tanya publik, apakah kuota terlalu kecil atau ada aliran yang tidak transparan di balik layar? Hingga kini belum ada jawaban yang menenangkan.
Pedagang eceran memanfaatkan peluang ini. Mereka menjajakan solar dan pertalite dalam jeriken lima liter. Harganya dua kali lipat dari SPBU resmi. Namun bagi warga yang tidak ingin antre berjam-jam atau menginap di SPBU, opsi ini menjadi pilihan “paling masuk akal”.
Heinrich, salah satu warga, dan juga pekerja media yang hendak menjemput mitra kerjanya di Tambolaka menceritakan bagaimana ia berputar-putar di kota Waingapu, bahkan merembet hingga 3 Kabupaten lainnya tanpa hasil. Tak satu pun SPBU menjual solar hingga petang. Baginya, ini bukan lagi persoalan teknis, ini sistem yang perlu dibenahi dari hulu ke hilir.
"Apakah BBM Solar Kosong stoknya di Pertamina Waingapu? Soalnya saya alami sendiri, semua SPBU di 3 Kabupaten lain tidak ada yang jual solar hingga sekira 17.00 WITA. Baik di Tambolaka, Waikabubak maupun Anakalang. Yang eceran sih banyak tentunya. Hanya jika di SPBU harga solar Rp6.800/liter namun dijual pengecer di jeriken Rp65 ribu/5 liter atau Rp13 ribu/liternya," ungkapnya, Rabu (19/11/2025) malam lalu.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait
