Jajago juga seolah tak sadar bahwa yang mereka lakukan justru memperkuat stigma negatif. Sekali unggah, wajah Sumba tercoreng. Bukannya berkontribusi pada solusi, mereka malah memperkeruh citra.
Kalau mereka memang peduli, kenapa tidak hubungi tokoh adat? Kenapa tidak bicara dengan warga sekitar? Kenapa tidak mencoba menggandeng stakeholder untuk membuat perubahan? Oh ya, lupa. Itu tidak akan menghasilkan view sebanyak video anak minta receh.
Sumba memang belum modern. Tapi kami bukan objek tontonan. Kami bukan reality show berjalan. Kami sedang belajar, membangun, dan mencoba memperbaiki tempat wisata. Kami tidak butuh tamu yang datang hanya untuk mempermalukan.
Saya tantang Jajago, jika kalian memang punya niat baik datang kembali ke Sumba. Duduk bersama kami. Lihat dari dekat, dan bantu kami cari solusi. Tapi kalau cuma ingin membuat konten murahan lagi, sebaiknya lewat saja.
Diakhir tulisan saya ini, untuk Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Pariwisata SBD, BANGUNLAH. Cukup sudah rakyat kami jadi “korban konten”.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait