"Target kita tahun 2024 tidak ada lagi warga yang mengeluh air bersih. Kita terus berkomitmen untuk mengedepankan orientasi pelayanan bukan orientasi bisnis," ungkapnya.
Theresia Tensiana (50) warga Dusun Magedoa, Desa Langir mengungkapkan, selama ini mereka hanya mengandalkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari. Saat musim kemarau warga harus merogoh kocek untuk membeli air tangki.
"Satu tangki harganya Rp120 ribu. Di sini tidak sumber mata air, jadi yaa mau tidak mau kita beli," ujar Theresia.
Kepala Desa Langir bersama perangkatnya mencoba merasakan kesejukan air dari sumur bor yang dibangun - Foto : Joni Nura/iNewsSumba.id
Theresia mengaku senang, sebab saat ini warga sudah sedikit terbantu dengan kehadiran sumur bor yang dibangun desa setempat.
Kepala Dusun Magedoa Hanita Maria Andiawa Doagete menuturkan, sekitar empat tahun lalu pemerintah provinsi membangun sumur bor melalui program Proyek Pengembangan Air Tanah (P2AT).
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu